Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
SUPERBALL.ID - Beberapa mantan atlet Olimpiade terpaksa menjual medali mereka karena kesulitan keuangan atau mengumpulkan uang untuk amal.
Meraih medali di ajang besar seperti Olimpiade tentu merupakan impian bagi semua atlet di dunia.
Oleh karena itu, tak jarang seorang atlet mempersiapkan diri jauh-jauh hari guna tampil maksimal di event empat tahunan itu.
Medali tentu memiliki makna sentimental dan mungkin tak ternilai harganya bagi para atlet yang memakainya di leher mereka.
Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020 - Nurul Akmal Tutup Aksi Tim Indonesia di Peringkat Lima
Namun, di luar sana banyak orang yang tidak perlu menjadi seorang Michael Phelps (peraih medali terbanyak), untuk mendapat banyak medali.
Dilansir SuperBall.id dari New York Times, beberapa atlet terpaksa menjual medali yang telah susah payah mereka raih.
Berbagai alasan muncul di balik keputusan itu, misal dilanda kesulitan keuangan ataupun mengumpulkan uang untuk amal.
Salah satu atlet yang mengaku telah menjual medali Olimpiadenya adalah Bill Russel, legenda basket Amerika Serikat.
Legenda Boston Celtics itu mendapatkan medali emasnya di Olimpiade 1956 ketika ia bertindak sebagai kapten tim bola basket AS.
Baca Juga: Jadi yang Terbaik! Deretan Atlet Peraih Medali Emas Olimpiade Cabor Bulu Tangkis
“Saya telah memutuskan untuk menjual sebagian besar koleksi saya,” kata Russell dalam sebuah video di situs rumah lelang.
Russel mengatakan bahwa hasil penjualan itu akan ia donasikan ke sebuah badan amal yang ia dirikan.
Lalu, berapa sebenarnya harga jual setiap medali mulai dari perunggu hingga emas dan apakah harga itu pantas.
Menurut pakar lelang, beberapa faktor seperti asal dan sejarah, keaslian, serta kondisi dapat mempengaruhi harga jual medali.
Pasalnya, tidak semua medali Olimpiade diukir dengan nama mereka dan tak semuanya merupakan emas asli.
Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020 - Petik Pengalaman dari Tokyo, NOC Indonesia Pelajari Sistem Olahraga Dunia
Sebuah medali perak dalam cabor menembak dari Olimpiade 1900 di Paris baru-baru ini dijual hanya dengan 1.283 dolar AS atau 18,5 juta rupiah.
Lalu ada medali perunggu dari Olimpiade Musim Dingin 1956 di Cortina d'Ampezzo, Italia, seharga 3.750 dolar AS atau 54,1 juta rupiah.
Ada juga medali emas yang dimenangkan oleh seorang anggota tak dikenal dari tim bola basket AS 1984, terjual 1,2 miliar rupiah pada 22 Juli lalu.
Itu jumlah yang besar, tetapi masih jauh lebih kecil dari medali emas yang dibayarkan seorang kolektor pada 2019.
Salah satu dari empat medali emas yang dimenangkan oleh Jesse Owens di Olimpiade Musim Panas 1936 di Berlin itu terjual 21,6 miliar rupiah.
Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020 - Sejarah Megah Greysia/Apriyani Terukir di Tokyo
Itu adalah rekor harga jual tertinggi untuk sekeping emas yang penuh sejarah di Olimpiade.
Owens adalah atlet kulit hitam asal Amerika Serikat yang tampil dominan saat itu di mana ia ditonton oleh Adolf Hitler.
Sementara di Indonesia, tingginya harga medali emas yg diraih atlet berupa bonus sebesar 5 miliar rupiah.
Akan tetapi, itu diberikan bukan semata-mata untuk emasnya, melainkan juga apresiasi atas perjuangan sekaligus motivasi.
Apabila dibandingkan dengan negara Asia Tenggara (ASEAN) lainnya, Indonesia masih kalah dari Filipina dan Singapura.
Baca Juga: Klasemen Medali Olimpiade Tokyo 2020 - Indonesia Melesat, Jadi yang Terbaik di Asia Tenggara
Di Filipina, atlet yang memenangi medali emas akan menerima bonus 600.000 dolar AS atau 8,7 miliar rupiah.
Sedangkan Singapura memberikan 1 juta dolar AS atau 14,5 miliar rupiah kepada peraih emas Olimpiade Tokyo 2020 atau 3 kali lipat dari Indonesia.
Di Vietnam, sejak 2018 sudah dikampanyekan bonus medali untuk atlet yang meraih emas Olimpiade akan dinaikkan menjadi 220 juta rupiah.
Negara ASEAN lain, Thailand, menghadiahi lebih dari 309.000 dolar AS atau 4,5 miliar rupiah untuk medali emas Olimpiade.
Sementara Negeri Jiran Malaysia menghadiahi 241.000 dolar AS atau 3,5 miliar rupiah untuk peraih emas.
Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020 - Greysia/Apriyani Bawa Pulang Emas, Indonesia Sejajari Rekor Sangar Tiongkok