Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
SUPERBALL.ID - Ralf Rangnick adalah salah satu pelatih yang menjadi calon pengganti Ole Gunnar Solskjaer di Manchester United, bagaimana sosoknya?
Manchester United tengah berada dalam masa-masa sulit menyusul rentetan hasil buruk di Liga Inggris 2021-2022.
Cristiano Ronaldo dkk saat ini bertengger di urutan keenam klasemen Liga Inggris, terpaut 9 poin dari Chelsea di puncak.
Padahal, Manchester United menjadi salah satu kandidat kuat untuk menjadi juara Liga Inggris sebelum musim dimulai.
Baca Juga: Rio Ferdinand Berubah Pikiran soal Kelayakan Solskjaer Latih Man United
Terlebih lagi setelah mereka mampu mendatangkan sederet bintang besar, yakni Ronaldo, Jadon Sancho, dan Raphael Varane.
Alhasil, banyak penggemar Setan Merah yang mulai mempertanyakan kapasitas Solskjaer sebagai pelatih.
Menurut The Sun, para pemain dan staf klub bahkan percaya bahwa waktu Solskjaer di Old Trafford sudah habis.
Mereka percaya bahwa keputusan Manchester United untuk memecat Solskjaer hanya tinggal menunggu waktu.
Namun, yang menjadi masalah adalah mereka tidak memiliki banyak opsi pengganti setelah Antonio Conte berlabuh ke Tottenham Hotspur.
Baca Juga: Erik Ten Hag Tak Tertarik Gantikan Solskjaer, Man United Cuma Punya 1 Pilihan
Beberapa laporan media Inggris mengatakan bahwa Ralf Rangnick menjadi salah satu kandidat kuat untuk menggantikan Solskjaer.
Menurut jurnalis BILD, Christian Falk, Rangnick sangat ingin menggantikan Solskjaer di Theatre of Dreams.
Lantas siapa sebenernya sosok Rangnick?
Rangnick adalah pelatih asal Jerman yang punya segudang pengalaman melatih tim Liga Jerman seperti Hannover, Schalke 04, Hoffenheim, dan RB Leipzig.
Hebatnya, Rangnick memulai karir kepelatihannya ketika dia baru berusia 25 tahun pada tahun 1983.
Pendekatan cara melatih Rangnick sama sekali tak mirip dengan milik legenda Jerman, Franz Beckenbauer, yang mengadopsi sistem 3-5-2 dan man-marking.
Baca Juga: Ilkay Guendogan: Man City Seharusnya Bisa Unggul 4-0 dari Man United di Babak Pertama
Rangnick adalah pelatih tak biasa yang punya ide sendiri bagaimana permainan indah itu harus dimainkan.
"Alasan utama untuk ini adalah bahwa 30 tahun sebelumnya Franz Beckenbauer menetapkan tolok ukur bagi sebagian besar tim di negara kita (Jerman) ketika dia menciptakan posisi libero yang bertugas sebagai sweeper," kata Rangnick kepada ESPN.
"Franz sendiri bahkan mengatakan pada pertengahan 90-an bahwa Anda tidak bisa bermain zone-marking dengan empat pemain belakang karena pemain Jerman tidak akan mengerti cara memainkannya."
"Saya bertanya pada diri sendiri, mengapa pemain Jerman harus kurang cerdas daripada pemain di Belgia, Spanyol, atau Belanda? Bagi saya itu sama sekali tidak logis," tambahnya.
Baca Juga: Paul Scholes Lontarkan Kritik Pedas pada Solskjaer dan Sebut Pemain Man United Tak Berguna
Dilansir SuperBall.id dari The Sun, pelatih yang dijuluki The Professor itu adalah pelopor filosofi 'Gegenpressing'.
Itu adalah gaya permainan di mana tim langsung menekan lawan setelah kehilangan bola yang banyak diadopsi banyak pelatih, termasuk Juergen Klopp.
Pelatih Liverpool itu bahkan pernah menyatakan bahwa Rangnick adalah salah satu yang terbaik jika bukan pelatih Jerman terbaik.
"Gegenpressing adalah gaya sepakbola yang sangat proaktif, mirip dengan cara Borussia Dortmund dan Liverpool bermain di bawah Klopp."
"Kami suka menekan tinggi dengan tekanan balik yang sangat intens. Ketika kami menguasai bola, kami tidak suka melakukan back pass," jelas Rangnick.
Baca Juga: Andai Jadi Pecat Solskjaer, Man United Bisa Tunjuk Pelatih yang Nyaris Gantikan Lampard di Chelsea
"Kiper juga tidak boleh menjadi orang yang paling banyak melakukan kontak dengan bola. Ini adalah (gaya) sepak bola yang cepat, proaktif, menyerang, menyerang balik, menekan, menarik, dan menghibur," tambahnya.
RB Leipzig menjadi tim yang paling merasakan efek kepelatihan Rangnick setelah promosi ke Liga Jerman pada 2016.
Menerapkan filosofi gegenpressing, Rangnick membuat RB Leipzig menjadi tim dengan permainan yang menghibur.
Pelatih yang dulunya sempat dikaitkan dengan AC Milan itu saat ini menjadi Direktur olahraga dan Pengembangan di Lokomotiv Moscow.
Pria berusia 63 tahun itu mungkin bisa menjadi solusi jika Manchester United tak menemukan sosok yang tepat seandainya Solskjaer dipecat.
Baca Juga: Tak Seberuntung Solskjaer di Man United, Pelatih Norwich Dipecat Meski Timnya Menang