Bali United harus menelan kekalahan menyakitkan pada laga perdananya di penyisihan grup Piala AFC 2018, Selasa (13/2/2018).
Bermain melawan Yangon United di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, tim berjuluk Serdadu Tridatu itu menyerah dengan skor 1-3.
Hanya butuh 15 menit bagi Yangon United untuk mencetak gol pertama mereka ke gawang Bali United yang dikawal Kadek Wardana.
Gol berikutnya yang masuk ke gawang Bali United berselang tiga menit dari gol pertama.
Kadek Wardana harus kembali memungut bola dari dalam gawangnya ketika laga memasuki menit ke-25.
(Baca Juga: Persela Terus Asah Kondisi Fisik, Kerja Sama, dan Penguasaan Bola)
Ketiga gol Yangon United ini terlihat sangat mudah tercipta.
Pertahanan Bali United tampak sangat lemah dan longgar.
Netizen dan fan Bali United sudah mempertanyakan keseriusan Serdadu Tridatu sejak starting line-up dikeluarkan.
Pelatih Bali United Widodo Cahyono Putro mengandalkan pemain lapis kedua ketika melawan klub dari Myanmar itu.
Bahkan, tiga pemain andalan Bali United, yaitu kiper Wawan Hendrawan, Fadil Sausu, dan Stefano Lilipaly, tidak masuk dalam skuad melawan Yangon United.
(Baca Juga: Jadwal Bali United di Piala Presiden dan Piala AFC 2018 Usai Hadapi Yangon United)
Sedangkan pemain andalan lain seperti Nick van der Velden, Miftahul Hamdi, dan Ilija Spasojevic didudukkan di bangku cadangan.
Ilija Spasojevic tak bermain sama sekali.
Miftahul Hamdi baru masuk di menit ke-34 menggantikan Feby Eka Putra.
Nick van der Vendel masuk ke lapangan di menit ke-64 menggantikan Nyoman Sukarja.
Hanis Saghara Putra juga baru masuk di menit ke-60 menggantikan Yandi Sopyan.
Susunan pemain ini sudah jelas menunjukkan bahwa Bali United tidak serius menjalani Piala AFC 2018 dan lebih mementingkan Piala Presiden 2018.
Apalagi, jadwal antara Piala AFC 2018 dan Piala Presiden 2018 ini sangat berdekatan.
Perhatian Bali United fokus pada semifinal leg kedua Piala Presiden 2018 yang akan digelar pada Rabu (14/2/2018).
Ilija Spasojevic dkk harus berjuang keras pada laga leg kedua itu karena pada leg pertama mereka bermain imbang 0-0 di kandang Sriwijaya FC.
Ketiadaan waktu istirahat bagi para pemain bisa menjadi alasan yang membuat pelatih Widodo Cahyono Putro akhirnya memilih memainkan pemain lapis kedua untuk Piala AFC 2018.
(Baca Juga: Inilah Sosok Nikky Okyere, Pencukur Rambut Mario Ballotelli hingga Pemain Persib Bandung)
Piala AFC Rumit
Satu lagi yang bisa menjadi alasan Bali United untuk lebih memilih Piala Presiden 2018 adalah soal peluang.
Di Piala Presiden 2018, Bali United hanya butuh menang 1-0 atas Sriwijaya FC untuk melaju ke final dan berhadapan dengan Persija Jakarta.
Kesempatan Bali United meraih gelar Piala Presiden 2018 tentu lebih besar ketimbang di Piala AFC 2018.
Pasalnya, Piala AFC menerapkan sistem yang rumit dan berat bagi klub-klub ASEAN untuk bisa lolos ke final.
(Baca Juga: Piala Presiden, Sebuah Kerinduan pada Kejayaan)
Di Piala AFC 2018 ada sembilan grup yang dibagi dari beberapa zona.
Klub dari zona Asia Barat masuk Grup A, B dan C.
Kemudian klub dari zona ASEAN masuk Grup F, G, dan H.
Sisanya berada Grup D yang diisi zona Asia Tengah, Grup E diisi zona Asia Selatan, dan Grup I diisi zona Asia Timur.
Klub yang bisa lolos ke babak semifinal hanya 11.
Ke-11 klub ini diambil dari tiga juara grup dan satu runner-up terbaik zona Asia Barat (A, B dan C) plus empat tim dari zona ASEAN yang merupakan tiga juara Grup F, G dan H, serta satu runner-up terbaik.
(Baca Juga: Pro-Kontra Penghapusan Aturan 50+1, Jerman Ingin Jadi seperti Inggris?)
Sisa tiga klub diambil dari juara Grup D, E, dan I.
Empat klub dari zona Asia Barat akan beradu hingga tersisa dua dan satu pemenang langsung masuk ke final.
Namun, aturan lain berlaku untuk zona ASEAN.
Dari empat klub yang lolos ke semifinal, seluruhnya akan saling berhadapan hingga tersisa satu tim.
Namun satu klub itu tidak langsung bermain di final seperti zona Asia Barat.
(Baca Juga: Jokowi Akan Hadir di Laga Final Piala Presiden 2018)
Satu tim pemenang dari zona ASEAN akan terlebih dulu bergabung dengan tiga tim juara Grup D, E, dan I untuk saling berhadapan.
Setelah itu, barulah satu pemenang dari empat tim di atas masuk ke final dan berhadapan dengan juara zona Asia Barat.
Rumitnya jalan klub ASEAN untuk mencapai final inilah yang bisa menjadi alasan Bali United dan Persija Jakarta enggan menjalani Piala AFC dengan serius.
Persija juga memastikan tidak membawa beberapa pemain intinya seperti Marko Simic, Ismed Sofyan, dan Rohit Chand.
Persija lebih memilih mengistirahatkan para pemain andalannya dan dipersiapkan untuk final Piala Presiden 2018.
Hadiah
Rumitnya mencapai final Piala AFC 2018 itu sebanding dengan nilai hadiah yang disediakan.
Juara Piala AFC 2018 akan mendapatkan hadiah Rp 20,4 miliar.
Runner-up Piala AFC 2018 mendapatkan hadiah Rp 10,2 miliar.
Hadiah itu belum termasuk subsidi travel dan uang saku.
(Baca Juga: Karakter Kepelatihan Mario Gomez di Mata Puja Abdillah)
Setiap kali klub yang bermain sejak babak kualifikasi mendapatkan subsidi perjalanan Rp 272,7 juta.
Subsidi yang sama diberikan jika lolos ke play-off, penyisihan grup, babak knock-out, hingga final.
Klub yang tampil di babak knock-out akan mendapatkan uang saku Rp 1,3 miliar.
Jumlah hadiah plus subsidi travel dan uang saku itu sangat jauh lebih besar dari Piala Presiden 2018.
Di Piala Presiden 2018, juara akan mendapatkan hadiah uang Rp 3,3 miliar, sedangkan runner-up Rp 2,2 miliar.
Untuk Persib Bandung, Mitra Kukar, Arema FC, Persebaya Surabaya, dan Bali United selaku tuan rumah babak penyisihan grup mendapatkan uang subsidi masing-masing Rp 800 Juta.
Klub tamu mendapatkan subsidi travel Rp 100 juta, kecuali Persipura Jayapura dan Perseru Serui yang mendapatkan Rp 125 juta.
Setiap klub yang menang juga mendapatkan uang Rp 125 juta.
Sedangkan klub yang kalah dan imbang mendapatkan uang Rp 75 juta dan Rp 100 juta.
Nah, hadiah juara Piala Presiden 2018 sebesar Rp 3,3 miliar itu kini jauh lebih riil untuk diraih Bali United atau Persija Jakarta ketimbang Rp 20,4 miliar dari Piala AFC 2018.
Editor | : | Aulli Reza Atmam |
Sumber | : | superball.id |
Komentar