SUPERBALL.ID - Timnas Arab Saudi dihadapkan pada kenyataan bahwa langkah mereka menuju Piala Dunia 2026 tidak semudah membalik telapak tangan.
Arab Saudi mengalami situasi sulit di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Sebagai salah satu kekuatan sepak bola Asia, Arab Saudi sejatinya cukup diunggulkan di Grup C.
The Green Falcons diprediksi akan bersaing dengan Jepang dan Australia untuk dua tiket otomatis.
Namun, keadaan memburuk bagi Arab Saudi usai kalah dari Timnas Indonesia dengan skor 0-2 di Jakarta.
Tim asuhan Herve Renard itu hanya meraup enam poin dari enam laga dan hanya mencetak tiga gol.
Dengan empat laga sisa, kelolosan mereka kini bergantung pada penampilan mereka dan hasil tim-tim lain.
Sejak mengejutkan Argentina dengan kemenangan 2-1 di Piala Dunia 2022, situasi Arab Saudi telah berubah drastis.
Media Australia The Roar bahkan mengibaratkan Arab Saudi sebagai kapal Titanic yang terkenal.
RMS Titanic, yang dibangun oleh galangan kapal Harland & Wolff di Belfast, pertama kali diluncurkan pada tanggal 30 Mei 1911, dan telah digambarkan sebagai kapal yang “tidak dapat tenggelam” oleh media pada saat itu.
Terutama dipopulerkan oleh majalah Shipbuilder, yang bahkan menyatakan bahwa “Tuhan sendiri tidak dapat menenggelamkan kapal ini!”.
Banyak orang yang benar-benar mempercayainya, karena mengira Titanic benar-benar tak terkalahkan.
Namun, Harland & Wolff khawatir dengan hal yang dilebih-lebihkan dan mencoba untuk meredam antusiasme itu.
Mereka memperingatkan tentang kelemahan kapal Titanic, tetapi tidak seorang pun menganggapnya serius.
Saat itu adalah awal abad ke-20, perkembangan teknologi dan sains semakin cepat.
Tenggelamnya Titanic secara tragis pada bulan April 1912 akibat hantaman gunung es di Samudra Atlantik menghancurkan semua narasi tentang kehebatannya.
Kelalaian manusia, rasa percaya diri yang berlebihan, dan kesombongan disalahkan atas tenggelamnya kapal tersebut.
Kematian lebih dari 1600 orang di atas kapal mendorong terciptanya rancangan Konvensi Internasional untuk Keselamatan Jiwa di Laut (SOLAS) pada tahun 1914, meskipun versi finalnya baru dirampungkan 60 tahun kemudian.
Hingga hari ini, tragedi Titanic terus mengundang banyak perhatian.
Bahkan James Cameron mendedikasikan kisahnya untuk para korban Titanic dalam filmnya tahun 1997, sebuah mahakarya yang diakui dalam karier penyutradaraannya.
Kisah Timnas Arab Saudi tidak jauh berbeda.
Namun, akar dari rasa percaya diri yang berlebihan ini berasal dari kemenangan mengejutkan 2-1 atas Argentina di Qatar.
Hal itu memicu Federasi Sepak Bola Arab Saudi (SAFF) untuk meyakini keunggulan mereka sendiri.
Serangkaian keputusan Presiden SAFF Yasser Al-Misehal, yang pernah dipuji, justru menjadi awal kehancuran.
Baca Juga: Gak Gentar dengan Skuad Senior Para Lawan di ASEAN Cup 2024, Bek Timnas Indonesia: Kami Mau Juara!
Ia memutuskan menambah kuota pemain asing dari jumlah awal tujuh menjadi sepuluh, dengan delapan pemain senior dan dua pemain di bawah 21 tahun.
Itu berarti akan ada persaingan yang lebih ketat dari sebelumnya.
Sebelum perluasan, pemain Arab Saudi mampu bersaing secara setara dengan pemain asing lainnya.
Kini, banyak pemain Arab Saudi yang berjuang untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.
Sebab bintang-bintang asing menunjukkan tekad yang kuat untuk mengambil alih posisi pemain lokal.
Roberto Mancini, mantan pelatih Green Falcons, menyoroti perkembangan yang mengkhawatirkan ini ketika ia mengamati Liga Arab Saudi.
SAFF kini berharap Renard akan memecahkan masalah untuk membawa Arab Saudi kembali ke jalur yang benar.
Poin ketat di Grup C membuat Arab Saudi masih punya peluang untuk memperbaiki segalanya.
Namun, situasi saat ini membuat laga sisa mereka akan dianggap sebagai pertarungan hidup dan mati.
Renard kini merasakan beratnya peringatan Mancini dan sedang menunggangi Titanic yang telah dibesar-besarkan keunggulannya.
Editor | : | Dwi Aryo Prihadi |
Sumber | : | TheRoar.com.au |
Komentar