Maradona Indonesia Senang Pernah Main di Perserikatan dan Galatama

By Muhammad Robbani - Sabtu, 9 September 2017 | 15:56 WIB
Pose Direktur Utama PT Kabau Sirah Semen Padang (KSSP) yang baru, Iskandar Zulkarnain Lubis (kedua dari kanan) dan jajaran manajemen Semen Padang seusai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) KSSP di Indarung, Senin (15/5/2017) sore WIB. (YOSRIZAL/JUARA.NET)

Sebelum memasuki era kompetisi profesional, Indonesia sempat punya gelaran sepak bola yang berjalan secara bersama yaitu Perserikatan dan Liga Sepak Bola Utama (Galatama).

Perserikatan sudah berjalan sejak tahun 1931 saat periode pendudukan kolonial Belanda di tanah air dan kompetisi itu dijalankan secara amatir.

Sementara Galatama adalah kompetisi pendobrak yang diklaim dikelola secara semi-profesional.

Namun penonton sepak bola tanah air sudah terlanjur jatuh cinta dengan Perserikatan dibanding Galatama.

Perserikatan lebih banyak menarik penonton karena klub-klub yang ikut serta dianggap sebagai representasi sebuah kota..

Kedua kompetisi itu akhirnya dilebur menjadi satu dan diberi nama Liga Indonesia yang digulirkan pertama kali pada tahun 1994.

Legenda sepak bola Indonesia asal Binjai, Zulkarnain Lubis, pernah merasakan bermain di dua kompetisi itu.

Dia mengawali kariernya dengan bermain untuk klub kampung halaman yakni PSKB Binjai yang bermain di Kompetisi Perserikatan pada tahun 1976-1978.

Setelah itu dia berpindah-pindah klub yang berkompetisi di Galatama yakni Mercu Buana (1980-1983), Yanita Utama (1983-85), Krama Yudha Tiga Berlian (1985-1989), dan terakhir Petrokimia Putra (1989-1990).

Ditanya lebih nyaman bermain di kompetisi mana, pria kelahiran 1958 mengaku sama-sama menikmati dimanapun tempatnya berkarier.