Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
SUPERBALL.ID - Gelandang timnas Indonesia, Ricky Kambuaya membagikan kisah bagaimana dia melalui perjalanan berat sampai akhirnya menjadi andalan di skuad Garuda.
Ricky Kambuaya sebelumnya tampil ganas di Piala AFF 2020.
Bagaimana tidak? Ricky Kambuaya bahkan keluar sebagai Man of The Match dalam dua laga yang dilakoni timnas Indonesia.
Pemain yang tak pernah absen sama sekali memperkuat timnas Indonesia selama di Piala AFF 2020 itu memang selalu tampil impresif.
Pencapaian itu tentu membuktikan bahwa Ricky Kambuaya menjadi sosok penting untuk timnas Indonesia.
Ternyata, hal ini tak datang tiba-tiba di mana sosok penting di timnas Indonesia ini punya masa lalu yang rumit.
Baca Juga: Ralf Rangnick Berencana Jadikan Wonderkid Man United sebagai Andalan Usai Gelaran Piala Afrika
Dia mengatakan nyaris hancur saat menggunakan seragam PSS Sleman.
Mentalnya jatuh karena dia tidak mendapatkan menit bermain yang cukup.
Hal itu dimulai setelah dia didatangkan dari Mojokerto dan bergabung ke PSS, tetapi jarang dimainkan.
Padahal, selama di Mojokerto ia hampir selalu masuk line-up di setiap pertandingan dan sering juga mencetak gol.
Tetapi, setelah bergabung di klub Liga 1 untuk pertama kalinya, persaingan semakin ketat dan Ricky tak banyak mendapatkan waktu bermain.
Dalam kondisi itu, Ricky Kambuaya mengaku mentalnya terganggu.
Baca Juga: Thomas Tuchel Ingin Boyong Pemain PSG ke Chelsea dengan Status Pinjaman
Ricky bahkan mengatakan nyaris menghancurkan dirinya dan karier sendiri karena kekesalannya.
Pemain asal Sorong, Papua, itu mengatakan nyaris melakukan hal-hal tidak berguna dengan minum minuman keras atau mabuk-mabukan.
Namun banyaknya dukungan membuatnya mengurungkan niat tersebut.
Dia kemudian mulai bangkit serta berusaha tampil maksimal di tiap kesempatan bermain.
Hal itu dibuktikan saat bermain pada putaran kedua kompetisi di PSS.
Meski masih jarang dimainkan, penampilannya mampu mencuri perhatian klub besar.
Klub top sekelas Persebaya Surabaya meliriknya dan langsung meminta Ricky untuk bergabung dengan tim berjulukan Bajul Ijo tersebut.
Mendapatkan panggilan dari Persebaya itu menjadi titik balik Ricky Kambuaya karena awalnya ia pun tak percaya.
Menurutnya, dari PSS dan bergabung dengan Persebaya itu menunjukkan peningkatan.
Ia mengaku seperti naik level karena Persebaya bukan klub biasa sehingga orang-orang di sekitarnya pun tak percaya dan terkaget-kaget.
“Setelah tampil bersemangat di putaran kedua liga di PSS Sleman, saya dipanggil Coach Aji Santoso ke Persebaya,” ujar Ricky Kambuaya.
“Keluarga, semua orang, bahkan teman-teman di Sleman juga kaget Ricky bisa bergabung ke Persebaya, tim besar,” ucapnya.
Dengan keberhasilan itu, Ricky menilai bahwa apapun pekerjaan yang dilakukan, orang tak boleh mudah menyerah.
Maka dari itu, sikap yang ditunjukkannya hingga saat ini berhasil membawa Ricky melangkah jauh sampai sekarang.
Baca Juga: Piala AFF U-23 2022 - Calon Lawan Timnas U-23 Indonesia Panggil Pemain yang Merumput di Eropa
Ia mengatakan setelah bergabung dengan Persebaya, dirinya juga mendapatkan kesempatan membela timnas Indonesia.
“Artinya saya tahu bahwa dalam pekerjaan tidak boleh cepat menyerah dan putus asa,” kata Ricky.
Bukan hanya itu, Ricky mengaku momen kebangkitannya kian lengkap setelah ikut sukses membawa Persebaya menjuarai turnamen pramusim Piala Gubernur Jatim 2020.
Menurutnya pencapaian itu menjadi momen terindah selama kariernya karena ia bukan hanya duduk di bangku cadangan.
Akan tetapi, Ricky memiliki peran banyak selama memperkuat Persebaya.
“Momen bahagia itu waktu bergabung dengan Persebaya dan bisa menjadi juara Piala Gubernur Jatim."
Baca Juga: Thomas Tuchel Ingin Boyong Pemain PSG ke Chelsea dengan Status Pinjaman
"Itu momen pertama kali saya mendapatkan menit bermain di Persebaya dan pertama kali bisa membawa tim menjadi juara,” tuturnya.
“Saya di situ merasa senang ada Kakak Patrich (Wanggai) dan itu momen terindah buat saya.”
Untuk saat ini Ricky pun memiliki banyak keinginan yang diharapkan bisa terwujud di Liga 1.
Ia berharap bisa menjadi pemain terbaik atau paling tidak bisa mencetak banyak gol nantinya.