Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
SUPERBALL.ID - Kapten Timnas Argentina, Lionel Messi, mengenakan jubah tradisional Arab ketika mengangkat trofi Piala Dunia 2022.
Argentina menjadi juara setelah mengalahkan Prancis 4-2 di babak adu penalti usai bermain imbang 3-3 selama 120 menit.
Sebagai kapten La Albiceleste, Messi didaulat untuk menjadi pemain yang mengangkat trofi Piala Dunia.
Ketika ia hendak menerima trofi, Messi tiba-tiba diberikan jubah berwana hitam oleh Emir Qatar, Tamim bin Hamad Al-Thani.
Jubah itu bernama bisht, busana kebesaran di Arab yang biasanya hanya boleh dipakai oleh orang maupun untuk momen tertentu saja.
Bisht sudah menjadi jubah kebesaran tradisional selama ribuan tahun di berbagai negara Arab.
Biasanya pakaian tersebut dikenakan oleh orang kaya atau orang dengan status tinggi di masyarakat seperi raja, pangeran, atau bangsawan.
Oleh karena itu, bisht sering dikaitkan dengan simbol kekuasaan.
Pakaian jenis ini juga sering dipakai dalam acara-acara penting seperti pernikahan, festival, atau upacara penting.
Bisht berasal dari bahasa Akkadia, dialek Irak dari wilayah Babilonia.
Bisht biasanya berwarna hitam, coklat, krem atau abu-abu.
Orang Arab biasa mengambil bulu unta dan kambing untuk dibuat benang, lalu menjadikannya kain untuk membuat bisht.
Menurut Arabnews, sebuah bisht yang seluruhnya dibuat dengan tangan membutuhkan delapan pengrajin terampil selama 15 hari untuk menyelesaikannya.
Terlepas dari itu, momen Messi mengenakan bisht ketika mengangkat trofi Piala Dunia menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan.
"Mengapa melakukannya. Tidak ada alasan untuk melakukannya," komentar mantan pemain Argentina Pablo Zabaleta kepada BBC.
Menurut Telegraph, aksi tersebut menunjukkan rasa hormat para pemimpin negara tuan rumah kepada para pemain.
Media tersebut juga menilai aksi ini sekaligus menunjukkan keinginan untuk mempromosikan budaya Arab.
"Itu adalah pakaian untuk acara resmi dan dipakai untuk perayaan. Ini adalah perayaan Messi," kata Hassan Al Thawadi, sekretaris jenderal panitia penyelenggara Piala Dunia 2022 Qatar.
“Piala Dunia memiliki kesempatan untuk menunjukkan kepada dunia budaya Arab dan Muslim kami. Ini bukan tentang Qatar, ini adalah perayaan regional."
"Orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat dapat datang, mengalami apa yang terjadi di sini dan memahami bahwa kita mungkin tidak saling berhadapan dalam segala hal, tetapi kita masih bisa merayakannya bersama," tambahnya.