Sekretaris Jenderal PSSI Ratu Tisha Destria mengajak masyarakat pecinta sepak bola di tanah air untuk bersama-sama menjaga marwah sepak bola Indonesia.
Nilai-nilai dan pesan sportivitas dalam olahraga adalah roh yang harus digelorakan.
Menurut Tisha, sepak bola tidak boleh dicampuri dengan masalah lain di luar nilai-nilai olahraga.
“Karena itu saya juga mengimbau kepada para supporter untuk tidak membawa atribut atau pesan-pesan yang tidak ada kaitannya dengan sepak bola atau olahraga saat menyaksikan pertandingan di stadion. Mari kita jaga bersama marwah sepak bola kita,”ujar Tisha.
Tisha mengaku prihatin dengan masih banyaknya atribut atau pesan di luar sepak bola dan olahraga yang dibawa atau disampaikan para supporter di stadion.
Terkait dengan hal ini, Tisha juga mengimbau kepada pihak klub untuk membantu mengedukasi para pendukungnya. “Semua sudah diatur dalam kode disiplin.
Penyampaian pesan atau atribut di luar sepak bola juga akan ada sanksinya,”ujar Tisha.
Tisha mengklarifikasi, soal isu berita di media sosial yang menyatakan PSSI mengancam akan memberikan sanksi denda 30 juta kepada Persib Bandung karena suporternya yang membuat Koreografi “Rohingya”.
“Ini berita hoax karena masalah ini belum dibahas oleh Komite Disiplin. Jadi ini wilayahnya Komite Disiplin. Mereka nanti yang akan menilai, termasuk sanksi yang akan diputuskan. PSSI tidak mungkin langsung mengancam sanksi denda. Jadi, kita tunggu saja apa yang akan diputuskan Komite Disiplin,” jelas Tisha.
Ditambahkan, sanksi seperti ini bukan hal yang baru dalam sepak bola. Badan Sepak Bola Tertinggi Eropa (UEFA) menjatuhkan denda sebesar 10.000 euro (sekitar Rp 145 juta) kepada Celtic FC.
Ini karena tindakan suporter mereka mengibarkan bendera Palestina dalam pertandingan kualifikasi Liga Champions melawan tim Israel, Hapoel Beer-Sheva, pada 18 Agustus 2016.
UEFA menganggap bendera tersebut sebagai spanduk terlarang dan dianggap melanggar Aturan Disiplin UEFA artikel 16 ayat 2.
Bahkan pesepakbola Denmark Nicklas Bendtner juga terkena sanksi denda 80.000 poundsterlings gara-gara sengaja menurunkan celananya agar merek celana dalam yang dipakainya dilihat penonton, dalam olahraga tindakan ini disebut ambush marketing (iklan terselubung).
Jadi bukan cuma urusan politik, agama dan sara, penyampaian pesan marketing pun dilarang dalam sepak bola.
“Untuk menjaga marwah sepak bola memang bukan pekerjaan yang ringan. PSSI yang sudah diberi mandat oleh masyarakat pun tidak bisa jalan sendirian. Harus ada dukungan dan kesadaran semua pihak. Sepak bola Indonesia bukan hanya milik PSSI. Sepak bola Indonesia milik masyarakat Indonesia. Karena itu harus kita jaga bersama-sama,” tutur Tisha.
Editor | : | Andi Ernanda |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar