Rahmad Darmawan mengurai pendapatnya tentang pembinaan usia muda di Indonesia.
Menurut mantan pelatih Timnas Indonesia itu, ada satu missing link yang membuat pemain muda Indonesia gagal bersinar saat masuk level senior.
Indonesia memang kerap meraih prestasi apik di level kelompok umur.
Tapi, talenta mereka kerap hilang saat masuk level senior.
Timnas U-19 Indonesia yang menjadi juara Piala AFF U-19 tahun 2013, misalnya.
Tidak semua pemain Timnas U-19 Indonesia saat itu sukses di level senior.
(Baca Juga: Persebaya Surabaya Mendekati Promosi ke Liga 1, Begini Komentar Andik Vermansah)
Rahmad, yang saat ini melatih klub Malaysia, T-Team, tak menampik adanya fenomena seperti hal di atas.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya.
Faktor utamanya adalah tidak adanya kompetisi usia muda yang tertata dengan bagus.
“Jadi mengelola sepak bola usia muda itu bukan hanya soal insfrastruktur dan coaching education yang bagus saja."
"Tapi, juga harus ada wadahnya, harus ada kompetisi usia dini.'
"Kita hampir tidak punya soal itu,” kata Rahmad saat coaching clinic di Kampus ITN Karangploso Kabupaten Malang, Jawa Timur (18/11/2017) Sabtu siang.
(Baca Juga: Cristian Gonzales Alih Profesi Selama Jeda Kompetisi Liga 1)
RD, sapaan karib Rahmad, menilai bahwa even usia muda yang digelar di Indonesia selama ini masih belum layak untuk disebut sebagai kompetisi.
Sebab, jumlah pertandingan terbatas.
Begitu juga dengan pesertanya. Pembinaan pun tidak maksimal.
“Dulu kita punya kompetisi U-21, tapi itu saja masih kurang."
"Karena pesertanya dibatasi hanya klub di level tertinggi saja."
"Pertandingan juga terbatas. Dalam satu musim, kemungkinan hanya 12 kali bermain untuk satu tim,” kata RD.
“Itu sebenarnya lebih cenderung bisa disebut sebagai turnamen, bukan kompetisi."
"Idealnya, satu klub bisa bertanding minimal 24 kali,” sambungnya.
Kompetisi di usia U-19 dan U-21, menurut RD mutlak harus semakin digiatkan.
Pada usia tersebut seorang pemain mulai bertransformasi menuju level profesional."
"Bahkan terkadang juga pada usia yang jauh lebih muda.
“Mereka baru mengerti tentang reading the game dan pengayaan taktik saat di klub dan itu tentu saja ada sebuah missing link karena kompetisi usia muda kurang,” ujarnya.
Editor | : | Aidina Fitra |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar