Hanif memutuskan untuk keluar dari zona nyaman dan mengejar kesempatan kedua di Manchester yang layak diperjuangkan, hingga akhirnya bisa bekerja di Manchester City.
Bagi Hanif, itu menjadi pekerjaan yang paling menyenangkan dan terbaik bagi para pecinta sepak bola.
Setidaknya, impian Hanif bisa terwujud dan ia juga memutuskan untuk membuat sebuah buku dengan judul Pemburu di Manchester Biru sebelum difilmkan.
"Lewat film Pemburu di Manchester Biru, saya hanya ingin memberitahu anak muda di Indonesia bahwa bekerja di klub sepak bola premier league bukan hanya sekedar impian, tapi bisa diwujudkan," kata Hanif yang bekerja sebagai salah satu tim media di Manchester City.
Di balik layar, sutradara film Pemburu di Manchester Biru, Rako Prijanto, mengatakan akan mengemas film drama non-fiksi tersebut secara epik dan emosional.
Rako ingin menghasilkan sebuah film yang menginspirasi dan penuh motivasi bagi masyarakat Indonesia khususnya anak muda pecinta sepak bola untuk mewujudkan impiannya.
"Biography anak Indonesia dalam dunia premier league sekelas Manchester City tentu saja akan menarik untuk ditonton karena menguras emosi dan inspiratif," kata Rako.
"Diantara jutaan generasi milineals yang lahir di budaya baru Indonesia, Hanif Thamrin muncul sebagai satu-satunya anak Payakumbuh asli yang berhasil di Manchester City," kata Rako.
Sementara itu, produser film Pemburu di Manchester Biru, Reza Hidayat, mengatakan ketertarikannya dalam menyukseskan film yang ditunggu-tunggu oleh pecinta sepak bola.
Menurut Reza, ia tidak bisa membayangkan kisah-kisah apa saja yang dilakukan Hanif selama di Manchester City.
Editor | : | Gangga Basudewa |
Sumber | : | superball.id |
Komentar