Pelatih timnas Indonesia, Bima Sakti punya pesan agar prestasi sepak bola tanah air bisa meraih hasil yang lebih baik di masa depan.
Bima Sakti sendiri sudah mengisyaratkan tak akan melanjutkan kiprahnya bersama Garuda setelah gagal membawa timnas Indonesia lolos dari fase grup Piala AFF 2018.
Berbagai saran diberikan Bima Sakti, berdasarkan dari kesulitan dan pengalamannya dalam mengasuh Stefano Lilipaly cs sejak ditunjuk PSSI untuk menggantikan Luis Milla.
Menurutnya, prestasi tak bisa diraih dengan cara instan, harus ada pembinaan berkelanjutan dan konsisten sejak pemain masih dalam usia muda.
"Kita jangan mau instan, saya tahun 1996 pernah main di Swedia, bersama klub Helsinborg. Saya bermain Sabtu, Minggunya tim B main U-21, kemudian tim C juga main, U-16 juga," kata Bima Sakti saat memberikan keterangan pers, Minggu (25/11/2018).
"Klub swedia itu ada 4 level tim, makanya kompetisi usia dini harus dijalankan. Siapapun ketua umumnya ke depan, program usia muda harus berjalan."
"Contohnya Febri Hariyadi, pernah tanya ke dia, waktu muda latihannya apa. Katanya cuma diminta berlari 500 meter, tapi tak ada kompetisi," ujarnya.
Baca Juga:
- Skenario Juara Liga 1 2018 - Persib Tercoret, 3 Tim Masih Punya Kans Jadi Jawara
- Ini Alasan Ada 'Indonesia' di Jersey SD Eibar saat Gulung Real Madrid
- Perhatian Luis Milla kepada Pemain Muda Timnas Indonesia yang Menepi 6 Bulan karena Cedera
Menurutnya, hal-hal seperti itu lah yang membuat timnas Indonesia kesulitan berprestasi lantaran kesalahan pembinaan terhadap pemain usia muda.
"Luis Milla saat melatih Thiago Alcantara, Juan Mata, Jordi Alba, dan lainnya, tidak lagi melatih pemain kapan harus melepaskan operan, kapan harus melepaskan shooting," tuturnya.
"Atau kapan harus mengirim umpan silang. Tapi ketika Luis Milla melatih Indonesia, dia harus memulai itu semua lagi dari awal," ucapnya.
Editor | : | Gangga Basudewa |
Sumber | : | superball.id |
Komentar