SUPERBALL.ID - Legenda Chelsea, Didier Drogba, memberikan pendapatnya tentang mengapa wakil Afrika kerap kesulitan saat tampil di Piala Dunia.
Tidak ada negara Afrika yang pernah mencapai semifinal turnamen dan itu kemungkinan tidak akan berubah di Piala Dunia 2022.
Drogba yang merupakan pencetak gol terbanyak sepanjang masa Pantai Gading dan mantan kapten, pernah tampil di Piala Dunia 2006, 2010 dan 2014.
Tetapi, dari ketiga turnamen tersebut, Les Elephants gagal melewati babak penyisihan grup.
Baca Juga: Hasil Piala Dunia 2022 - Memphis Depay Turun di Babak Kedua, Belanda Taklukkan Senegal 2-0
Kemudian Senegal yang berstatus sebagai Raja Afrika setelah menjuarai Piala Afrika awal tahun ini, sempat diunggulkan.
Terutama dengan skuad mereka yang berisi pemain top seperti duo Chelsea Edouard Mendy dan Kalidou Koulibaly.
Namun, mereka mendapat pukulan besar setelah megabintang Sadio Mane harus absen menjelang bergulirnya Piala Dunia.
Mane mengalami cedera saat membela timnya Bayern Muenchen beberapa hari sebelum skuad Senegal berangkat ke Qatar.
Absennya Mane tentu merupakan kerugian besar bagi tim besutan Aliou Cisse.
Hal itu terbukti ketika Senegal takluk 0-2 dari Belanda dalam pertandingan pertama babak penyisihan Grup A, Senin (21/11/2022) malam WIB.
Dua gol Belanda masing-masing dicetak oleh Cody Gakpo pada menit ke-84 dan Davy Klaassen menit di waktu tambahan babak kedua.
Wakil Afrika lainnya, Tunisia dan Maroko, berhasil menahan imbang lawannya masing-masing (Denmark dan Kroasia) dengan skor 0-0.
Sedangkan Kamerun dan Ghana baru akan memulai kiprahnya di Piala Dunia tahun ini pada Kamis (24/11/2022).
Berbicara kepada BBC soal masalah yang dihadapi wakil Afrika di Piala Dunia, Drogba memberikan pandangannya tersendiri.
"Ketika Anda melihat pertandingan (Senegal vs Belanda), Mane sendiri tidak bisa melakukan lebih baik dari apa yang kita lihat," ujarnya.
"Sangat sulit bagi tim Afrika karena Anda memiliki individualitas."
"Mereka sangat bagus di klub mereka, terutama yang bermain di Eropa."
"Tetapi ketika mereka bersatu, menjadi lebih sulit bagi manajer untuk menemukan sistem yang tepat."
"Memainkan orang yang tepat di posisi yang tepat, menjaga intensitas yang dibutuhkan saat Anda bermain di level seperti itu."
Selain itu, luasnya penyebaran pemain yang berkarier di klub kemungkinan juga memengaruhi performa tim nasional.
Skuad Tunisia misalnya yang terdiri dari 26 pemain, mereka bermain (untuk klub) di 13 negara berbeda di tiga benua.
Bandingkan dengan skuad Jerman yang semuanya hanya berbasis di tiga negara di seluruh Eropa.
Lihat postingan ini di Instagram
Editor | : | Ragil Darmawan |
Sumber | : | Metro.co.uk |
Komentar