SUPERBALL.ID - Sama-sama tersingkir dari ASEAN Cup 2024, kegagalan Timnas Malaysia terasa sangat berat dibanding Indonesia.
Malaysia tersingkir setelah hanya sanggup bermain 0-0 dengan Singapura di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur.
Sedangkan Timnas Indonesia tersingkir akibat kalah 0-1 saat menjamu Filipina di Stadion Manahan, Solo.
Malaysia dan Indonesia sama-sama hanya diperkuat sebagian pemain utama mereka.
Itu terjadi karena ASEAN Cup bukan merupakan kalender FIFA, sehingga pemain atau klub berhak untuk tak berpartisipasi di timnas.
Baca Juga: Reaksi Malaysia Lihat Timnas Indonesia Ikut Tersingkir dari ASEAN Cup 2024
Di Indonesia, Shin Tae-yong menjadikan turnamen yang sebelumnya bernama Piala AFF itu sebagai ajang regenerasi pemain Timnas Indonesia.
Oleh karena itu, mayoritas pemain inti yang tampil di Kualifikasi Piala Dunia 2026 tak dipanggil, apalagi mereka harus memperkuat klub masing-masing.
Sejak bisa melalu ke putaran ketiga kualifikasi itu, Shin Tae-yong sudah menegaskan bahwa fokus Timnas Indonesia adalah lolos ke Piala Dunia 2026, bukan lagi turnamen level Asia Tenggara.
Jadi, sebetulnya tidak ada kekecewaan luar biasa ketika Indonesia gagal ke semifinal ASEAN Cup 2024.
Ketua Umum PSSI Erick Thohir memang langsung bersuara akan mengevaluasi Shin Tae-yong sesuai klausul kontraknya.
Namun, pada saat yang sama Erick juga sejalan dengan Shin Tae-yong bahwa Piala Dunia 2026 jauh lebih penting.
Kondisi di Timnas Malaysia sangat berbeda, karena mereka tak melakoni turnamen bergengsi yang sedang berjalan.
Itulah sebabnya, mantan pemain timnas negeri itu, Bobby Gonzales, sangat prihatin terhadap kondisi persepakbolaan Harimau Malaya.
Dulu, katanya, para pemain sepak bola Malaysia selalu siap berjuang habis-habisan untuk membela negara.
Namun, kini para pejabat timnas harus berharap dan berdoa agar para pemain mau memperkuat Harimau Malaya.
Bahkan, mengemis pun tidak berhasil.
Baca Juga: Main 83 Menit, Momen Istimewa Pemain Timnas Indonesia Dirusak Keputusan Keliru Wasit
Bobby menyebut telah terjadi pergeseran prioritas dan loyalitas di kalangan pesepak bola Malaysia.
Sosok berusia 40 tahun yang pernah bermain untuk Timnas Malaysia pada 2001 hingga 2021 itu menyayangkan kebanggaan bermain untuk negaranya telah hilang.
Dia menyatakan keprihatinannya atas para pemain yang memprioritaskan komitmen kepada klub dibandingkan tugas nasional, terutama ketika turnamen diadakan di luar kalender FIFA.
"Masalahnya adalah para pemain tidak mau hadir saat dipanggil karena fokus mereka tertuju pada klub," ujar Bobby.
"Kita lihat apakah ini akan berubah di bawah pelatih kepala nasional yang baru, Peter Cklamovski, atau tidak."
"Bagi saya, bermain untuk tim nasional adalah hal yang sangat penting. Ini adalah sesuatu yang seharusnya tidak pernah dianggap enteng," tandasnya.
Bobby Gonzales mengenang kembali masa-masa ketika mengenakan seragam nasional dianggap sebagai puncak karier seorang pemain sepak bola Malaysia.
"Pada zaman saya, setiap kali dipanggil, kami langsung merespons tanpa alasan apa pun."
"Sekarang, Anda mendengar para pemain mengaku cedera, tetapi kemudian mereka kembali bermain untuk klub. Saya yakin Anda mengerti maksud saya," ungkap Bobby soal trik pemain menghindari panggilan timnas.
Komentar pedas Bobby itu memang muncul setelah Timnas Malaysia tersingkir lebih awal dari ASEAN Cup 2024.
Turnamen yang diadakan di luar jendela FIFA itu memang membuat beberapa klub enggan melepas pemain-pemain terbaik mereka untuk tim nasional.
Bobby mengakui bahwa para pemain dipekerjakan dan digaji oleh klub mereka.
Akan tetapi, dia berpendapat bahwa kehormatan mengenakan seragam nasional harus lebih diutamakan daripada hal lainnya, terutama ketika kompetisi tersebut menawarkan poin peringkat dunia.
Walaupun ASEAN Cup tidak masuk dalam kalender FIFA, tetapi tetap dihitung dalam hal penambahan atau pengurangan poin untuk peringkat global.
Editor | : | Taufik Batubara |
Sumber | : | SuperBall.id, NST.com.my |
Komentar