Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Setelah terlepas dari sanksi FIFA, menyenangkan sekali melihat tim nasional Indonesia dari berbagai jenjang umur bisa mendapatkan kesempatan untuk mentas di turnamen secara beruntun.
Buat pribadi, saya jadi bisa mengira-ngira seberapa bagus sih stok pemain Indonesia untuk rentang usia U-16 sampai senior?
Kebetulan, saya hanya menilai stok pemain putra mengingat cuma timnas putra yang tampil dalam berbagai level usia.
Berturut-turut timnas U-16 asuhan Fakhri Husaini mentas di Piala AFF U-15 pada 9-17 Juli.
Disusul timnas U-23 yang dilatih langsung oleh arsitek timnas senior, Luis Milla, merumput di ajang Kualifikasi Piala AFC U-23 2018 pada 19-23 Juli.
Skuat U-23 kemudian tampil lagi di SEA Games Malaysia pada 15-29 Agustus.
Antara 5-17 September, timnas U-19 besutan Indra Sjafri ikutan membawa nama negara di Piala AFF U-18.
Terakhir, timnas U-16 sukses di Kualifikasi Piala AFC U-16 2018, 16-22 September.
Mereka lolos ke putaran final sebagai juara grup.
Dari segi prestasi, memang sebagian besar gagal meraih posisi finis tertinggi.
Akan tetapi, seturut keinginan untuk mengira-ngira seberapa bagus stok pemain Indonesia di berbagai level umur, saya bisa tersenyum lebar.
Ya, Indonesia punya banyak permata.
Kita jelas tidak salah tak pernah merasa bosan mendambakan Indonesia berbicara banyak di pentas sepak bola dunia atau minimal Asia.
Modal untuk melakukan hal itu ada di mana-mana.
Oke, penampilan pertama skuat Fakhri hancur-lebur di Piala AFF U-15 sehingga sulit mencari bintang yang mencuat.
Tetapi, ada argumen saat itu andalan utama tim, Hamsa Lestaluhu, malah tidak bisa tampil karena cedera.
Kini, di Kualifikasi Piala AFC U-16, ada nama Sutan Diego Armando Zico, yang mengemas 10 gol ketika Indonesia menghajar Kepulauan Mariana Utara 18-0, Timor Leste 3-1, dan Laos 3-0.
Naik ke level usia berikut, publik rasanya harus mengakui bahwa Egy Maulana Vikri adalah real deal.
Tidak mungkin hanya kebetulan jika anak ini secara beruntun meraih penghargaan pribadi di Gothia Cup, Piala Soeratin, Toulon Tournament, dan yang terakhir di Piala AFF U-19.
Timnas U-23 juga tidak kekurangan bintang.
Satria Tama, Febri Haryadi, dan Rezaldi Hehanusa hanya beberapa dari mereka yang tampil menonjol selama pergelaran SEA Games.
Bahkan, timnas senior, yang hanya kebagian uji coba melawan Fiji pada 2 September, punya bintang di berbagai level usia.
Ada kelompok Manahati Lestusen-Adam Alis-Andik Vermansyah-Lerby Eliandry (23-25 tahun), Andritany Ardhiyasa-Stefano Lilipaly-Bayu Pradana-I Gede Sukadana (25-29 tahun), hingga Beny Wahyudi-Achmad Jufriyanto-Boaz Solossa, yang sudah berusia 30 tahun ke atas.
Wow, Indonesia tidak kekurangan stok pemain! Melimpah malah.
Hilangkan garis pembatas usia, maka kepala Luis Milla seharusnya saat ini sudah dibuat pening memilih pemain untuk timnas senior.
Saya jadi teringat prestasi Jerman dalam memamerkan stok pemain mereka beberapa bulan sebelumnya.
Timnas senior Jerman menjuarai Piala Konfederasi tanpa menggunakan banyak pemain senior.
Skuat U-21 Jerman menjadi kampiun Piala Eropa U-21.
Tim U-23 sudah lebih dulu meraih perak di Olimpiade setahun sebelumnya.
Waktu itu, Jerman begitu jemawa sehingga mengklaim mereka punya stok setidaknya 70 pemain yang layak masuk skuat Piala Dunia 2018.
Kalau begitu, setelah melihat aksi timnas U-16, U-19, dan U-23, boleh dong kita saat ini juga mengklaim bahwa Indonesia mempunyai puluhan pemain yang bisa dipilih untuk menjadi pemain timnas senior.
Tentu saja dengan skala target yang lebih kecil daripada Jerman.
Kalau Jerman mengincar Piala Dunia, kita barangkali cukup memberikan segudang kesulitan buat tim-tim jagoan Asia di Asian Games tahun depan.