Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tak hanya bakat, Alfin Tuasalamony juga mewarisi spirit dan mimpi ayahnya untuk menjadi pesepakbola nasional.
Alfin sudah menapak mimpinya, meski tak berjalan mulus seperti yang dia bayangkan.
Sejak kecil, Alfin sering bermain bersama teman satu kampungnya di Maluku.
Saat itu, pemain kelahiran 1992 itu tidak pernah memimpikan bermain di liga profesional hingga seorang pencari bakat melihat talentanya.
Dari sana Alfin Tuasalamony masuk Deportivo Indonesia (SAD) dan pintu kariernya di sepak bola mulai terbuka. Alfin sempat juga merasakan didikan sepak bola Eropa.
"Tepatnya di Uruguay, saya tiga tahun di sana," ujar Alfin kepada Sriwijaya Post.
Di sanalah, ia mengalami suka duka dan hal yang tak mengenakkan.
Saat itu, ia bersama 24 rekannya yang berasal dari Indonesia bertanding dalam liga resmi yang digelar di Kota Montevideo.
"Saat itu, kita menang lawan Rampla Junior 3-0. Malah kita dikejar suporter dan pemain sana, mungkin ga terima ya," ungkap dia.
Ia dan rekan-rekannya pun sempat tunggang langgang sampai akhirnya diamankan oleh petugas keamanan.
"Pokoknya heboh sekali waktu itu," katanya.
Usai merumput di Uruguay, ia pun sempat memperkuat CS Vise di Belgia.