Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Laga antara timnas putri Indonesia kontra timnas putri Thailand kembali digelar untuk kedua kalinya di Stadion Bumi Sriwijaya Palembang, Rabu (30/5/2018).
Pertandingan persahabatan ini sebagai persiapan timnas perempuan Indonesia di ajang Asian Games 2018 dan Piala AFF 2018.
Pada pertemuan pertama di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang, Minggu (27/5/2018), timnas perempuan Thailand berhasil mengalahkan tim Garuda Pertiwi dengan skor telak 13-0.
Pelatih timnas perempuan Thailand, Nuengruethai Sathongwien, mengatakan telah mengamati permainan timnas perempuan Indonesia.
Menurut Neungrutai, dengan banyaknya pemain muda, sepak bola perempuan Indonesia bisa lebih berkembang.
“Indonesia banyak memiliki pemain muda, dan saya yakin sepak bola putri Indonesia bisa berkembang dengan baik. Tinggal bagaimana menambah pengalaman bertanding,” ujar Nuengruethai kepada wartawan, termasuk BolaSport.com.
(Baca juga: Perusahaan Asal Indonesia Ini Setia Dukung 11 Tim Sepak Bola)
Menurut pelatih yang berhasil membawa timnas perempuan Thailand masuk Piala Dunia Sepak Bola Wanita ini, kekalahan timnas perempuan Indonesia akibat minim persiapan dan sudah lama vakum.
“Tim ini sudah lama tidak tampil, tetapi kami melihat banyak sekali pemain muda yang potensial. Saya yakin pemain-pemain tersebut dapat memberikan penampilan bagus nanti untuk Indonesia,” jelas Nuengruethai.
Indonesia memboyong 33 pemain yang terdiri dari kombinasi pemain muda dan pemain senior ke Palembang.
Sebagian besar pemain senior berasal dari tim futsal perempuan Indonesia.
Pelatih timnas perempuan Indonesia, Satia Bagdja Ijatna, mengatakan sepak bola perempuan Indonesia pernah berjaya pada tahun 1997.
Saat itu Indonesia sempat masuk 4 besar sepak bola perempuan SEA Games.
“Ini berarti sepak bola wanita kita punya pontensi. Waktu itu kita kalah dengan Thailand di Sea Games 1997 dan saya waktu itu menjadi asisten pelatih. Kita kalah dengan Thailand tapi tidak sampai 4-0 atau 9-0, kita hanya kalah tipis,” tutur Satia.
Satia menyayangkan sepak bola putri waktu itu tidak dilanjutkan.
Padahal, seharusnya prestasi itu menjadi momentum untuk pengembangan sepak bola putri Indonesia.
“Kita punya pontensi sebenarnya. Kita pernah menjadi peringkat kedua AFF dan peringkat 4 AFC kalau tidak salah tahun 1986-an. Zaman Ibu Papat menjadi pemain dan pelatihnya pak Mahadi,” tutur mantan asisten pelatih Sriwijaya FC ini.