Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
SUPERBALL.ID - Penundaan kompetisi Liga 1 dan Liga 2 di Indonesia berimbas sangat suram terhadap para pemain, termasuk ofisial dan tim pelatih.
Selama ini, kompetisi sepak bola adalah sumber utama mata pencaharian para pemain untuk menghidupi diri dan keluarganya.
Kompetisi sepak bola di Indonesia semula sempat akan digelar kembali pada 1 Oktober 2020, tapi Polri tak memberi izin.
Rencana kick-off itu lalu mundur sebulan menjadi 1 November, tapi ternyata tetap tak mendapat izin dari Polri.
Baca Juga: Liga 1 dan Liga 2 Direncanakan Digelar Kembali Awal 2021
PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) akhirnya tak bisa berbuat apa-apa, sehingga kompetisi kemungkinan baru bisa kembali bergulir pada Februari 2021.
Kondisi itu langsung membuat para pemain menganggur dan memaksa mereka beralih berprofesi demi menyambung hidup.
Derita para pemain itu menjadi perhatian serius dan diumbar di sejumlah negara Asia Tenggara, seperti di Malaysia dan Vietnam melalui media massa.
Media online Utusan.com dari Malaysia dan Thanhnien.vn dari Vietnam menjadikan kabar derita pemain bola Indonesia itu sebagai salah satu berita utama mereka.
Kedua media itu menampilkan foto pesepak bola Indonesia sedang menjalankan pekerjaan barunya.
Pemotongan gaji pemain dan pelatih sebesar 75 persen juga disinggung media itu.
Baca Juga: Gelandang Real Madrid Kritik Selebrasi Gol Konyol Aubameyang dan Griezmann
Apa saja profesi baru pemain bola Indonesia yang diumbar kedua media online itu?
Ada beberapa pemain yang harus berjualan makanan di jalanan, ada pula yang bekerja sebagai penjaga keamanan.
Utusan.com dalam pemberitaannya menulis judul "Pemain Indonesia Berjualan Makanan di Jalanan dan Jadi Satpam".
Thanhnien.vn menulis judul "Sederet Pemain Top Indonesia Ikut Menjajakan Makanan, Bekerja sebagai Satpam".
Utusan.com lalu menceritakan kisah pemain PSS Sleman, Bagus Nirwanto, yang harus mencari nafkah tambahan dari gajinya sebagai pesepak bola yang telah dipotong sangat besar.
Bagus harus berjualan beras dan gula bersama istrinya.
"Sangat kecewa karena kompetisi ditunda," tegas Bagus.
Sedangkan Andri Muliadi, pemain Borneo FC, harus beralih profesi sebagai pedagang kopi secara online bersama pasangannya setelah kompetisi ditunda.
Baca Juga: Barcelona Tuntut Neymar Bayar Kembali Uang Gajinya yang Kelebihan
"Kami semua panik saat pandemi Covid-19 melanda," kata Andri.
"Saya tidak punya pilihan selain mencari uang untuk menghidupi keluarga selama masa sulit ini," tandas Andri.
Kapten Persib Bandung Supardi Nasir juga mengaku harus berjuang keras demi membiayai kebutuhan keluarga di tengah kompetisi yang ditunda.
"Saya benar-benar berjuang mencari cara untuk membesarkan empat anak saya."
"Bermain sepak bola adalah satu-satunya mata pencaharian saya," tegas Supardi.