Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
SUPERBALL.ID - Presiden Asosiasi Sepak Bola Thailand (FAT), Somyot Poompunmuang, mengungkap sisi buruk sepak bola Thailand menjelang akhir masa jabatannya.
Di level Asia Tenggara, Thailand bisa dikatakan menjadi negara yang paling disegani dalam urusan sepak bola.
Di samping kompetisi domestik yang profesional, Thailand juga memiliki tim nasional yang berprestasi.
Dalam ajang Piala AFF misalnya, Thailand masih menjadi tim tersukses dengan raihan tujuh gelar sejauh ini.
Pun demikian dengan ajang multi-olahraga SEA Games di mana Thailand telah meraih 16 medali emas di sepak bola.
Baca Juga: Thailand Terancam 4 Hukuman Berat Gara-gara Suporter Nyalakan Flare di Piala Asia U-17 2023
Namun, sepak bola Thailand saat ini justru terjatuh dalam situasi krisis yang belum pernah dialami sebelumnya.
Sebelumnya, hak siar Liga Thailand dipatok seharga 1,2 miliar baht atau sekitar Rp 504 miliar.
Menjelang musim 2023/2024, hak siar Liga Thailand hanya bernilai 50 juta baht (Rp 21 miliar) atau turun 20 kali lipat.
Akibatnya, penyelenggara Liga Thailand mempertimbangkan rencana untuk mengoperasikan turnamen sendiri.
Hal itu bertujuan untuk meminimalisir biaya dan menghindari risiko liga berhenti di tengah jalan.
Saat ini, 16 klub Liga Thailand tengah berdiskusi dengan penyelenggara liga untuk mencari cara memulai musim baru.
Menanggapi situasi ini, Presiden FAT Somyot Poompunmuang tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.
Bahkan, ia tidak segan mengungkapkan sisi buruk yang menjadi penyebab sepak bola Thailand mengalami krisis.
Menurutnya, sepak bola Thailand saat ini diisi oleh sejumlah pihak yang mencampurkan sepak bola dan kepentingan lain.
Ia mengatakan orang-orang ini menggunakan sepak bola untuk mencari keuntungan pribadi, bisnis, dan politik.
Baca Juga: Selangkah di Depan Indonesia, 18 Wasit Vietnam Kantongi Lisensi VAR dari FIFA
"Sepak bola adalah olahraga paling populer rakyat Thailand," kata Somyot, dikutip SuperBall.id dari Bangkok Post.
"Jadi tidak dapat dihindari bahwa ia menghadapi campur tangan langsung dan tidak langsung dari birokrasi dan semua kelompok kekuasaan."
"Padahal, sepak bola harus dikelola tanpa campur tangan orang atau organisasi karena akan mempengaruhi perkembangan sepak bola."
"Sebagai Presiden FAT, saya telah bekerja keras dengan tekad dan dedikasi, dan bahkan menggunakan dana sendiri untuk membantu sepak bola Thailand tumbuh kuat dan berkelanjutan."
“Sepak bola Thailand tidak bergerak maju karena ada banyak konflik, perpecahan, serta persaingan kepentingan."
"Saya yakin banyak orang yang ingin membuat sepak bola Thailand berkembang. Namun, ketika menghadapi masalah itu mereka menyerah,” tambahnya.
Oleh karena itu, Somyot mengajak orang-orang yang mampu dan berilmu untuk mencalonkan diri sebagai presiden FAT ketika masa jabatannya berakhir tahun depan.
Adapun Somyot, yang telah menjadi ketua FAT sejak 2016, tidak menyebut apakah ia akan mencalonkan diri lagi atau tidak.
Di sisi lain, sejumlah kandidat telah menunjukkan minat untuk mengikuti pemilihan Presiden FAT tahun depan.
Di antaranya mantan Presiden FAT Worawi Makudi dan mantan striker Timnas Thailand Piyapong Pue-on.