Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Liga Indonesia 2015 sempat bergulir dua pekan sejak 4 April 2016, lalu ditunda pada 12 April hingga dibubarkan.
PSSI tetap menggelar Kongres Luar Biasa sehari setelah dibekukan Kemenpora, yang menghasilkan La Nyalla Mattalitti sebagai ketua umum baru.
Sepanjang pembekuan PSSI dan Indonesia mendapat sanksi FIFA, tak ada kompetisi resmi yang bergulir.
Untuk mengisi kekosongan, pihak swasta menggelar Piala Presiden dan Piala Jenderal Sudirman.
Maraknya protes dari berbagai pihak, mulai dari pengelola klub, pemain, perangkat pertandingan, suporter, hingga pelaku ekonomi memaksa Kemenpora mencabut SK pembekuan PSSI pada 10 Mei 2016.
Tiga hari kemudian, FIFA juga mencabut sanksinya melalui kongres ke-66 di Meksiko yang disampaikan langsung oleh Gianni Infantino.
Baca Juga: Kekuatan Orang Dalam FIFA Bikin Malaysia Lolos ke Piala Asia 2023
Kini, seluruh pencinta sepak bola Thailand berharap-harap cemas.
Media Matichon menulis, "Pengunduran diri presiden FAT atas perintah badan lain dapat menyebabkan FIFA menjatuhkan sanksi terhadap Thailand. Sebab, ini dinilai sebagai tindakan campur tangan badan pemerintah dalam pekerjaan asosiasi sepak bola."
Thairath, media lain di Thailand, mengutip Pasal 19 Peraturan FIFA yang menetapkan independensi asosiasi sepak bola dan dewan direksinya.
Jadi, sebut Thairath, "Sangat mungkin FAT terkena sanksi FIFA."
Media Thailand berpendapat, kejadian di negerinya itu sangat mirip dengan apa yang dialami Indonesia pada 2015.
Situasi sepak bola Thailand saat ini cukup membingungkan.
FAT akan melaporkan kasus itu ke AFF, AFC, FIFA tentang perubahan yang tak terduga.
Pada saat yang sama, FAT memiliki waktu 90 hari untuk memilih pimpinan baru setelah Somyot mundur.