Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
SUPERBALL.ID - Legenda Singapura, Fandi Ahmad, mengaku pesimistis dengan peluang tim-tim Asia Tenggara lolos ke Piala Dunia.
Termasuk Timnas Indonesia, sejumlah negara di Asia Tenggara saat ini tengah membangun kekuatan mereka.
Salah satu cara instan yang ditempuh untuk meningkatkan kualitas tim adalah dengan menaturalisasi pemain.
Hingga saat ini, PSSI terus berupaya melakukan proses naturalisasi untuk sejumlah pemain keturunan Indonesia.
Baca Juga: Karena Dua Hal, Pakar Asal Inggris Sebut Timnas Indonesia Seharusnya Masuk Daftar Tim Top Asia
Selain Indonesia, tim-tim Asia Tenggara seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand juga gencar memburu pemain keturunan.
Namun, kehadiran para pemain naturalisasi dinilai belum cukup untuk membawa tim-tim tersebut menuju Piala Dunia.
Hal ini disampaikan oleh legenda sepak bola Singapura, Fandi Ahmad, dalam wawancara dengan media Vietnam Zing News.
Mantan pemain Groningen itu tidak menampik bahwa pemain naturalisasi akan meningkatkan level tim nasional.
Meski demikian, Fandi menilai negara-negara di Asia Tenggara juga perlu membenahi kualitas kompetisi domestik mereka.
"Saya tidak mengatakan itu cara terbaik bagi tim untuk berpartisipasi di Piala Dunia," kata Fandi Ahmad.
"Namun penggunaan pemain naturalisasi akan membantu meningkatkan kualitas timnas."
"Saya masih skeptis dengan kemampuan tim-tim Asia Tenggara untuk berpartisipasi di Piala Dunia."
"Mungkin perlu waktu 15 atau 20 tahun lagi sebelum kita melihat tim Asia Tenggara memenangkan tiket ke Piala Dunia."
"Namun, menggunakan pemain naturalisasi untuk menaikkan level timnas tidak menutup kemungkinan."
"Kalau untuk mengikuti Piala Dunia atau lebih jauh lagi untuk mendapatkan hasil bagus di ajang ini, saya tidak yakin," tambahnya.
Ia menilai negara-negara Asia Tenggara bisa meniru Jepang dan Korea Selatan yang terus meningkatkan kualitas kompetisinya.
"Fisik dan intensitas (kompetitif) pemain Jepang dan Korea Selatan sangat berbeda dengan pemain di Asia Tenggara."
"Belum lagi teknik mereka juga luar biasa. Mereka juga punya banyak pemain yang berlaga di Eropa, bermain di turnamen top dunia."
"Setiap tahunnya, kompetisi sepak bola di negara-negara tersebut terus berkembang."
"Sepak bola Asia Tenggara bergerak seperti grafik sinusoidal. Tim kurang berkembang secara konsisten."
"Misalnya, Thailand dulunya sangat kuat, namun kini menunjukkan tanda-tanda melambat. Hal serupa juga terjadi di Vietnam dan Indonesia."
"Namun menurut saya, hal terpenting untuk membantu Korea atau Jepang berkembang secara berkelanjutan terletak pada kejuaraan nasional itu sendiri."
"Sistem turnamen di negara-negara ini selalu meningkatkan standarnya seiring berjalannya waktu."
"Selain itu, semakin banyak pemain Korea dan Jepang yang pergi ke luar negeri, sehingga memberikan keuntungan bagi tim nasional," ucap Fandi.
Mantan pelatih Pelita Jaya itu juga mendesak pemain-pemain Asia Tenggara untuk berkarier di luar negeri.
"Saya mendorong pemain-pemain Asia Tenggara untuk lebih banyak ke luar negeri karena dengan begitu mereka bisa meningkatkan kedisiplinan dan profesionalitasnya."
"Di Asia Tenggara, menurut saya banyak pemain yang mendapatkan kontrak menarik."
"Mereka memimpin turnamen dalam negeri, lalu menjadi terlena dan puas dengan dirinya sendiri. Mereka juga tidak lagi menginginkannya," lanjut Fandi.