Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
SUPERBALL.ID - Philippe Troussier ternyata sudah tahu nasib apa yang akan dialami Timnas Vietnam dalam perburuan tiket Piala Dunia 2026.
Vietnam menyerah dua kali beruntun kepada Timnas Indonesia dalam putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, Maret lalu.
Kekalahan pertama 1-0 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, lalu yang kedua 0-3 di Stadion My Dinh, Hanoi.
Pada dua laga sebelumnya, Vietnam menang dan kalah satu kali.
Walhasil, Vietnam terpuruk ke posisi ketiga klasemen Grup F dan makin sulit lolos ke putaran ketiga kualifikasi.
Hasil buruk tersebut berdampak pada pemecatan Troussier sebagai pelatih.
Baca Juga: Media Vietnam Nilai Harga Diri Philippe Troussier Cuma Segelas Air
Troussier awalnya dikontrak VFF sebagai pelatih Timnas U-19 Vietnam sejak 9 September 2019.
Dari situ beranjak ke U-23 hingga kemudian timnas senior menggantikan Park Hang-seo.
Nasib Troussier tak sebaik pendahulunya dari Korea Selatan itu.
Kini, pelatih berusia 69 tahun tersebut sudah kembali ke Prancis sejak beberapa hari lalu.
Dalam wawancaranya dengan VTVCab, dia membeberkan sejumlah masalah sepak bola Vietnam.
Troussier menegaskan, sepak bola Vietnam masih belum memiliki jumlah pemain yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan lebih lanjut.
Menurutnya, tim yang kuat harus memiliki individu-individu yang bagus.
Para pemain wajib mencapai kriteria dalam hal kebugaran fisik, teknik, pengalaman, dan pola pikir bermain.
"Di Timnas Vietnam, kami hanya memiliki dua orang yang memenuhi semua faktor di atas, yaitu Bui Hoang Viet Anh dan Nguyen Hoang Duc," ungkapnya sebagaimana dikutip SuperBall.id dari VTVCab.
"Menurut saya, mereka sepenuhnya mampu memainkan sepak bola top di Eropa."
"Namun sayangnya, kami tak lagi memiliki siapa pun di level itu. Ada pemain dengan keterampilan sepak bola yang bagus seperti Tuan Tai, Thai Son, atau Dinh Bac, tetapi mereka terlalu kecil dan kurang pengalaman bermain sepak bola."
Viet Anh berasal dari klub lokal Vietnam, Hanoi Police.
Bek berusia 25 tahun itu sudah mengantongi 21 cap dan mencetak 1 gol.
Sedangkan Hoang Duc juga dari klub domestik Vietnam, Viettel.
Dengan usia 26 tahun, gelandang itu telah mengantongi 34 cap dan 2 gol.
Troussier sama sekali tak mempertimbangkan Nguyen Quang Hai, pemain yang justru lebih berpengalaman dengan 60 cap dan 11 gol.
Gelandang berusia 26 tahun itu bahkan tak dimainkan Troussier saat menghadapi Timnas Indonesia, sehingga membuatnya marah besar dengan membanting botol minuman.
Troussier melanjutkan, "Di sisi lain, Indonesia memiliki 20 pemain kelas atas. Jika kami punya 20 Hoang Duc atau 20 Viet Anh, sepak bola Vietnam pasti bisa berpartisipasi di Piala Dunia."
Dari pernyataan tersebut, eks pelatih Pantai Gading, Nigeria, Afrika Selatan, Jepang, Qatar, Maroko itu sebetulnya sudah tahu dan yakin Timnas Vietnam tak kuat bersaing di kualifikasi dan akan gagal lolos ke Piala Dunia 2026.
Sebab, menurutnya, Vietnam tak memiliki 20 pemain seperti Viet Anh dan 20 seperti Hoang Duc.
Baca Juga: Media China Deklarasikan Timnas Indonesia Raja Baru Sepak Bola Asia Tenggara
Namun, sesuai kontraknya dengan VFF, dia tetap berusaha semaksimal mungkin dengan materi pemain Vietnam yang sangat terbatas itu.
Troussier tak mau mengubah pendekatannya terhadap para pemain Vietnam, seperti dilakukan Park Hang-seo dulu.
Dia sangat saklek dengan metode latihannya dan hanya percaya pada peluangnya sendiri jika diberi waktu lebih banyak.
Troussier kemudian menceritakan, ketika mengambil alih Timnas Vietnam, targetnya adalah mencapai tingkat yang lebih tinggi dari sekarang, yaitu menjadi tim 10 besar di Asia atau 80 besar dunia.
Yang harus dilakukan untuk mencapai itu harus ada orang-orang baru, gaya bermain baru, metode baru.
Jadi, imbuhnya, perlu ada masa transisi, dan semua harus menerima bahwa sepak bola Vietnam sedang berada di fase itu sebagai harga yang harus dibayar untuk perubahan.
"Perubahan tersebut adalah kesalahan dalam pertandingan melawan Irak atau Indonesia," paparnya.
Namun, jika kesalahan itu bisa diatasi, Troussier yakin Vietnam bisa lebih baik dari pencapaian yang diraih di masa lalu.
"Terkadang untuk mencapai kesuksesan kita harus menerima satu langkah mundur untuk mengambil dua langkah maju. Yang paling penting, kita tidak boleh membiarkan situasi sulit saat ini menyetir kita," tutupnya.