Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
SUPERBALL.ID - Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) dan Liga Sepak Bola Malaysia (MFL) kemungkinan akan menghadapi tindakan dari Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).
Tindakan tersebut menyusul buntut dari kasus tunggakan gaji yang belum dibayarkan di Liga Malaysia (M-League).
AFC menegaskan bahwa FAM dan MFL berisiko kehilangan kewenangannya untuk memberikan lisensi nasional kepada klub-klub M-League apabila keadaan tidak kunjung membaik.
FAM yang merupakan salah satu dari 47 asosiasi anggota AFC, mendelegasikan kewenangan perizinan klub kepada MFL, administrator M-League, pada tahun 2022.
Namun, kasus gaji yang belum dibayarkan telah menjadi hal yang biasa di M-League, FAM seolah diam saja.
Yang terbaru yaitu melibatkan kapten Kuala Lumpur City, Paulo Josue, yang disebut bahwa gajinya belum dibayar selama tujuh bulan.
Baca Juga: Buntut Tunggakan Gaji, Pakar Malaysia Ingatkan FAM soal Ancaman Sanksi FIFA
Masalah tunggakan gaji yang dialami Josue itu mengundang perhatian Presiden Asosiasi Pesepak Bola Profesional Malaysia (PFAM) Safee Sali.
"Sudah tujuh bulan gajinya tak terbayar, Paulo Josue akhirnya angkat bicara!" ujar Safee Sali.
"Saat kami angkat bicara seperti ini, malah dituding ingin menjatuhkan atau mencoreng citra sepak bola itu sendiri. Tetapi kalau kasus seperti ini terjadi, siapa yang mau disalahkan?"
AFC kini telah mengeluarkan peringatan keras kepada FAM dan MFL untuk segera mengatasi masalah tersebut.
"Jika tunggakan gaji terus berlanjut, FAM dan MFL akan kehilangan kewenangan untuk mengeluarkan lisensi nasional," kata Sekretaris Jenderal AFC Datuk Seri Windsor Paul John.
"Jika masalah ini menjadi serius, AFC akan turun tangan."
Ia mengatakan, klub sepak bola ibarat bisnis, pemain, baik lokal maupun asing, adalah karyawan yang punya hak yang mesti dilindungi.
"Pemain dapat menempuh semua cara untuk mendapatkan bayaran," kata Windsor.
"Pemain lokal dilindungi oleh undang-undang ketenagakerjaan, dan penting untuk diingat bahwa mereka juga pekerja."
Windsor menambahkan bahwa jika proses internal gagal menyelesaikan perselisihan gaji, maka pemain dapat mencari bantuan dari badan seperti Asosiasi Pesepak Bola Profesional Malaysia.
"Jika sebuah klub tidak memiliki stabilitas keuangan untuk membayar pemainnya, klub itu tidak layak berkecimpung di dunia sepak bola," ujar Windsor.
"Pemilik klub harus realistis. Jika mereka tidak mampu membayar karyawannya, mereka seharusnya tidak mendirikan klub sepak bola."
Peringatan tak hanya datang dari AFC, sepak bola Malaysia juga terancam terkena skorsing dari FIFA akibat kasus tunggakan gaji.
Hal itu sebagaimana disampaikan oleh pengamat olahraga Malaysia, Datuk Pekan Ramli.
"Situasi di Liga Malaysia semakin buruk dan mengkhawatirkan, kecuali jika ada tindakan segera dan tegas yang diambil oleh pemangku kepentingan di liga dan FAM," kata Pekan Ramli.
"Kami berisiko menghadapi sanksi dari FIFA menyusul masalah pembayaran gaji yang tidak bisa diselesaikan."
"Tim-tim yang tidak terlibat masalah tetap berisiko terkena penalti karena tercorengnya reputasi liga."
Sebelum laporan gaji Josue yang ditunggak oleh KL City, klub M-League lainnya, termasuk Sabah, Kedah, dan Sri Pahang dilaporkan menghadapi kesulitan keuangan.
Berkaca dari kasus di atas, tentu Asosiasi Sepak Bola Indonesia (PSSI) dan PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) juga perlu berhati-hati supaya tidak mengalami hal serupa di masa mendatang.