Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
SUPERBALL.ID - Penggawa Timnas Indonesia, Sandy Walsh, angkat bicara mengenai polemik naturalisasi yang terjadi saat ini.
Seperti diketahui, akhir-akhir ini, isu naturalisasi kembali menjadi barang panas di Tanah Air.
Isu panas itu kembali dipantik oleh mantan Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Polandia yakni Peter Gontha.
Beberapa waktu lalu, Peter mengungkapkan isi pikirannya terkait kondisi timnas melalui laman Instagram pribadinya.
Ada delapan poin yang dibahas Peter dalam tulisannya tersebut.
Namun, yang memantik amarah dari penggemar sepak bola Tanah Air adalah poin nomor tiga.
Ia mengaku malu melihat Timnas Indonesia saat ini dipenuhi oleh pemain naturalisasi.
Seperti diketahui, baru-baru ini Skuad Garuda bermain melawan Arab Saudi dan Australia pada laga kedua Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Dalam kedua laga tersebut, Shin Tae-yong selaku pelatih kepala menurunkan sembilan pemain keturunan sejak menit awal.
Baca Juga: Gabung ke Tim Lemah Australia, Media Vietnam Sebut Bomber Timnas Indonesia Tak Akan Berkembang
Pada laga kontra Arab Saudi, Shin hanya menurunkan pemain lokal seperti Rizky Ridho dan Witan Sulaeman di menit awal.
Sementara pada laga kontra Australia, pemain lokal yang bermain sejak menit awal adalah Ridho dan Marselino Ferdinan.
Selebihnya, pos-pos di timnas diisi pemain keturunan seperti Thom Haye, Calvin Verdonk, Maarten Paes, Rafael Struick, Justin Hubner, Nathan Tjoe-A-On, Ragnar Oratmangoen, Jay Idzes, dan Sandy Walsh.
Melihat hal itu, Peter merasa malu karena kurangnya kontribusi pemain lokal.
"Apakah Anda tidak malu lihat PSSI 9 pemainnya adalah bangsa asing yang dinaturalisasi? (Saya malu)," tulis Peter.
Seperti diketahui, isu panas naturalisasi ini bukanlah topik baru di dunia sepak bola Tanah Air.
Sebelumnya, isu ini sudah merebak sebelum Piala Asia 2023 yang berlangsung pada Januari 2024.
Isu ini ternyata sudah sampai ke telinga salah satu pemain keturunan di timnas, Sandy Walsh.
"Sejujurnya ya, saya pikir waktu sebelum Piala Asia ada beberapa komentar katakanlah tentang pemain diaspora (keturunan) dengan pemain lokal," kata Sandy, dikutip SuperBall.id dari kanal YouTube Mills Sport.
Pemain berusia 29 tahun itu mengaku bahwa komentar-komentar seperti itu sejatinya tidak menyakitkan.
Namun, ia merasa frustrasi ketika masih ada yang membeda-bedakan pemain lokal dan keturunan di Skuad Garuda.
Hal itu dikarenakan tidak ada sikap membeda-bedakan di ruang ganti timnas saat ini.
Semua pemain membaur dengan satu sama lain demi kepentingan tim.
"Dan itu rasanya sangat bukan menyakitkan, tapi di satu sisi frustrasi mendengarnya."
"Karena timnya sendiri tidak seperti itu, di manapun Anda, di tempat kerja, di rumah, di sekolah, Anda pasti punya teman dan kami menghabiskan banyak waktu dengan mereka."
"Tapi kan bukan berarti kami tidak suka beberapa temanmu yang lain, tapi kami merasa begitu nyaman di satu tempat ini dengan pemain atau orang lain," katanya.
Dengan adanya komentar seperti itu, Sandy bertekad untuk mengajak rekan-rekannya semakin sering membagikan momen mereka ketika bersama-sama di timnas.
Di masa depan, mereka akan lebih banyak mengabadikan momen tersebut dan mengunggahnya di media sosial masing-masing demi meyakini bahwa tak ada perbedaan di tim Merah-Putih.
"Tapi di momen itu, kita sebagai tim menyadari bahwa kita mungkin harus lebih menunjukkan kerukunan itu lagi."
"Walaupun sudah terjadi sekarang ya, tetapi harus ditingkatkan lagi."
"Semua ini benar-benar mengubah kita, semua kritik yang kita terima sebagai tim dan kita juga posting di media sosial sebagai sebuah tim," imbuhnya.
Sebagai penutup, Sandy mengatakan bahwa ia cukup senang karena isu ini sudah sedikit mereda.
Kemungkinan besar, dirinya tidak mengetahui ada bara api baru yang dibakar oleh Peter sesaat setelah laga Timnas Indonesia vs Australia berakhir beberapa waktu lalu.
"Setiap orang dengan perasaan yang sama dan dengan niat yang sama dan sejak saat itu saya senang narasi itu sekarang perlahan menghilang," pungkasnya.