Manajer Madura United, Haruna Soemitro, buka-bukaan soal intimadasi yang didapatkan timnya pada laga kontra Bhayangkara FC.
Intimadasi itu, disebut Haruna menguntungkan pihak lawan dan bahkan sudah terjadi sebelum pertandingan berlangsung.
Salah satunya adalah, ancaman pencabutan izin menggelar pertandingan dari Polres setempat, sehari sebelum laga digelar.
"Itulah yang saya sebut sebagai kriminalisasi sepak bola," kepada SuperBall.id, lewat pesan singkat.
Haruna juga membuka intimidasi-intimidasi yang didapat timnya.
Vs Bhayangkara FC, tanpa penonton, tp sungguh pengamanan yg berlebihan. Madura sbg tuanrumah nurut pak polisi. Sabar pic.twitter.com/dXfVB07pZS
— Madura United FC (@MaduraUnitedFC) November 8, 2017
Berikut enam poin intimidasi yang dibeberkan Haruna kepada SuperBall.id:
1. Tgl 7 pukul 21.30 rekomendasi keamanan dari polres dicabut, anehnya pencabutan itu tidak diberikan ke panpel tapi diantar ke hotelnya matchcom
2. Apel keamanan dihadiri 1,500 personil polisi dengan 1 ssk brimob bersenjata lengkap
3. Dalam briefing apel komandan upacara; "hari ini kalian bertugas istimewa mengamankan pertandingan sekaligus sebagai supporter kesebelasan kita,"
4. Polwan membagikan bunga kepada semua yang hadir, termasuk pemain MU dengan tagline Bhayangkara fc pasti juara
5. Di lorong depan ruang ganti pemain MU berdiri lebih 50 personil brimob bersenjata lengkap
6. Wasit mulai memperkosa pertandingan. Lengkap sudah
Bhayangkara menang 3-1 dalam pertandingan yang digelar di Stadion Gelora Bangkalan, Rabu (8/11/2017).
Ilja Spasojevic menjadi bintang dengan hatriknya, sementara satu gol Madura United dicetak oleh Risky Dwi Febrianto.
Kemenangan itu membuat Bhayangkara mengumpulkan 68 poin dan keluar sebagai juara Liga 1.
Poin itu sudah tak mungkin disamai Bali United, apapun hasil yang akan terjadi di pekan terakhir.
Namun, Sekjen PSSI Ratu Tisha Destria, semalam, mengonfirmasi bahwa Bhayangkara belum bisa dipastikan merengkuh gelar juara musim ini.
Editor | : | Aidina Fitra |
Sumber | : | superball.id |
Komentar