Baca berita tanpa iklan. Gabung Bolasport.com+

Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Pengetahuan dan Doa Sang Ulama Besar Indonesia untuk Perjuangan Skuat Garuda di Singapura

By Aidina Fitra - Kamis, 8 November 2018 | 12:12 WIB
Ketua MUI KH Ma'ruf Amin saat bercerita tentang sepak bola di kediamannya,  Jalan Situbondo 12, Menteng, Jakarta Pusat
Dok
Ketua MUI KH Ma'ruf Amin saat bercerita tentang sepak bola di kediamannya, Jalan Situbondo 12, Menteng, Jakarta Pusat

Subuh di jalan Situbondo 12, Menteng, Jakarta Pusat, Ma'ruf Amin masih sempat bercerita tentang persiapan Timnas Indonesia di Piala AFF 2018.

Abah Kiai Ma'ruf Amin sapaan hariannya, memang sangat hobi menonton sepak bola.

Bahkan pengetahuannya tentang sepak bola tak kalah fasih dengan keilmuannya dalam membedah kitab-kitab kuning dan kajian keislaman lainnya.

(Baca Juga: Jadwal Lengkap Timnas Indonesia di Piala AFF 2018 - Lawan Berat Menanti Skuat Garuda)

“Belakangan prestasi timnas, khususnya usia muda, sudah cukup bagus."

"Timnas U-16 Juara Piala AFF dan lolos perempat final Piala Asia."

"Timnas U-19 juga lolos perempat final Piala Asia. Sementara timnas Asian Games lolos sampai babak 16 Besar."

"Kini, waktunya timnas senior berjuang sekuat tenaga dan semaksimal mungkin untuk meraih hasil terbaik."

"Mari kita doakan bersama-sama. Doa itu salah satu ikhtiar untuk mewujudkan prestasi selain kerja keras di lapangan,” kata Ma'ruf Amin saat subuh itu.

Di Piala AFF 2018, Timnas Indonesia berkecimpung di Grup B bersama Thailand, Filipina, Singapura dan Timor Leste.

Laga pertama asuhan Bima Sakti itu akan dihelat di markas Singapura.

Timnas Indonesia berhadapan dengan sang tuan rumah Timnas Singapura di Stadion Nasional, Jumat (9/11/2018).

“Masalah Timnas Indonesia saat ini adalah persiapan yang mepet dan padatnya jadwal kompetisi yang memasuki fase krusial penentuan juara dan degradasi."

"Ditambah lagi pergantian pelatih dari Luis Milla ke Bima Sakti."

"Butuh waktu untuk adaptasi di tangan pelatih baru. Bima juga harus pintar-pintar memotivasi para pemain dan menerapkan strategi warisan Luis Milla,” kata Ma’ruf Amin.

(Baca Juga: Timnas Indonesia Disebut Punya Peluang ke Final Piala AFF 2018)

Ma'ruf Amin mendoakan Timnas Indonesia menang melawan Singapura.

Kemenangan itu akan menjadi modal bagus buat skuat Garuda mengawali langkah di penyisihan Grup B Piala AFF 2018.

Bersama Filipina, kata Ma'ruf Amin, Singapura adalah rival utama merebut satu tiket ke semifinal.

"Satu tiket lagi sepertinya sudah jadi milik Thailand," tambah Ma'ruf Amin.

Singapura yang dilatih Fandi Ahmad bukan lawan mudah karena sudah membawa label empat kali juara pada tahun 1998, 2004, 2007, dan 2012.

Tim lawan yang dijuluk The Lions memang mengandalkan pemain muda tanpa satupun pemain naturalisasi.

Namun mereka tak bisa dianggap remeh, dari 23 pemain yang diumumkan wajah-wajah baru seperti Jacob Mahler, Irfan Fandi, dan Zulqarnaen Suzliman akan berkolaborasi dengan pemain senior seperti Shahril Ishak, Khairul Amril dan Baihakki Kaizzan yang mengantarkan Singapura juara pada 2004.

“Saya masih ingat pada 2004, Singapura tak diunggulkan."

(Baca Juga: Sosok Ini Dinilai Bisa Membobol Gawang Timnas Indonesia)

"Tapi, mereka kalahkan Indonesia 1-2 di Senayan. Boaz Solossa mengalami cedera patah kaki karena tekel Baihakki."

"Di Singapura Indonesia kalah 1-3.  Kita harus belajar dari kejadian itu untuk tampil lebih baik dan memenangkan pertandingan.'

"Insya Allah kita doakan kita meraih hasil bagus melawan Singapura,” kata Ma'ruf Amin.

Ma'ruf Amin bercerita, Indonesia dulunya sempat dijuluki Brasilnya Asia.

Pelatih Antun Pgacnik pada 1950-an membuat pondasi yang kuat untuk sepak bola Indonesia.

Pemain legendaris seperti Ramang, Bakir, Maulwi Saelan, Suryadi, Tan Lion Houw, Kwee Kiat Seek, Omo Suratmo sampai Hengky Timisela lahir dari kemampuannya melatih.

Hasilnya Indonesia mampu meraih peringkat keempat Asian Games 1954, perunggu Asian Games 1958, perempat final Olimpiade 1956, dan juara Merdeka Games 1961.

(Baca Juga: Fandi Ahmad Percaya dengan Skuat Mudanya untuk Hadapi Piala AFF 2018 dan Timnas Indonesia)

Dilanjutkan Era E.A Mangindaan yang juara King Cup 1968.

Wiel Corver menyempurnakan pondasi Pogacnik dengan kedisiplinannya.

Muncul pemain-pemain seperti Ronny Pattinasarany, Iswadi Idris, Soetjipto Soentoro, dan lainnya.

Bertje Matulapelwa memetik hasilnya dengan peringkat keempat Asian Games 1986, medali emas Sea Games 1987 dan juara Independence Cup 1987.
Terakhir Antony Polosin membawa Indonesia juara SEA Games 1991. 
Sayangnya di Piala AFF, Indonesia seperti Belanda, spesialis runner up, juara tanpa mahkota.

Hanya lima kali runner-up 2000, 2002, 2004, 2010, dan 2016.

(Baca Juga: Hadiah Juara Piala AFF 2018 Meningkat dari Dua Tahun Lalu)

“Kita juga pernah tampil di Piala Dunia 1938 meski pakai bendera Hindia Belanda."

"Intinya, sepak bola Indonesia itu sangat potensial. SDM melimpah. Kita harus mengembalikan kejayaan."

"Ke depan harus hijrah menuju Indonesia maju yang berprestasi."

"Kini, waktunya kita berdoa untuk mendapatkan hasil terbaik di Piala AFF 2018,” doa Ma'ruf Amin.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jika kamu diberi kesempatan menjadi pelatih Timnas Indonesia, seperti apa reaksinya? . #saddilramdani #timnasday #timnasindonesia #bimasakti #pssi

A post shared by SuperBall.id (@superballid) on

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Aidina Fitra
Sumber : superball.id

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X