SUPERBALL.ID - Mantan pelatih Juventus, Andrea Pirlo baru-baru ini membicarakan soal gaya melatihnya yang pernah dia terapkan ketika menukangi Juventus.
Sebelumnya Pirlo menjadi pengganti Maurizio Sarri sebagai pelatih Juventus pada musim 2020-2021.
Ditunjuknya Pirlo menuai pro dan kontra dikalangan para penggemar Juventus.
Beberapa yang kontra meragukan kualitas melatih Andrea Pirlo yang belum teruji mengingat dia baru saja lulus dari kursus kepelatihan.
Sementara yang pro dengan keputusan tersebut yakin karena Andrea Pirlo adalah sosok yang cukup mengerti bagaimana gaya bermain Juventus usai pernah bermain di sana antara 2011 sampai 2015.
Baca Juga: Polri Hapus Unggahan Izin Liga 1 2021 di Media Sosial, Pertanda Bakal Tertunda Lagi?
Semusim melatih Juventus, Andrea Pirlo berhasil mengantarkan dua trofi ke kabinet piala Stadion Allianz, Coppa Italia 2020-2021 dan Supercoppa Italiana 2020.
Namun, Andrea Pirlo gagal mengantarkan Juventus menjuarai Liga Italia 2020-2021.
Pada musim itu Juventusnya Pirlo finis di urutan empat, sedangkan tim yang keluar sebagai kampiun Serie A adalah Inter Milan.
Kegagalan itu membuat Pirlo dipecat Juventus dan terpaksa mengakhiri kiprahnya sebagai pelatih Bianconeri yang baru berjalan semusim.
Beberapa bulan setelah dipecat Juventus, Pirlo kembali muncul ke permukaan.
Baca Juga: Diminta Mengganti Gaya Melatihnya yang Buat Juve Malu Musim Lalu, Andrea Pirlo: Mending Kalah!
Bukan karena Pirlo sudah mendapat pekerjaan melatih lagi, namun karena dia ingin membicarakan gaya melatihnya.
Pirlo mengaku tidak ingin menjadi pelatih yang memainkan strategi bertahan dan mengandalkan serangan balik untuk memenangkan pertandingan.
Adapun gaya yang ingin dimainkan, dan pernah diterpkan olehnya di Juventus, adalah terus menyerang sekaligus menguasai jalannya pertandingan.
"Anda memiliki pelatih muda yang ingin melakukan sesuatu yang berbeda," kata Pirlo seperti dikutip dari Football Italia.
"Bagi saya, sepak bola menuju ke arah itu. Guardiola telah menunjukkan itu selama beberapa tahun terakhir."
"Jika Anda tidak mengontrol permainan, sulit untuk berpikir Anda akan memenangkannya."
"Tentu saja, mungkin ada saat-saat ketika Anda menguasai 90 persen bola dan membiarkan satu-satunya tembakan tepat sasaran lawan Anda masuk."
"Akan tetapi saya lebih suka kalah seperti itu daripada menghabiskan seluruh pertandingan mempertahankan area penalti saya sendiri, mencoba mencetak gol melalui serangan balik," tambahnya.
Lihat postingan ini di Instagram
Editor | : | Imadudin Adam |
Sumber | : | football italia |
Komentar