Baca berita tanpa iklan. Gabung Bolasport.com+

Efek Disingkirkan Indonesia, Bulu Tangkis Malaysia Ribut, Legendanya Geram, Hendrawan Disemprot

By Dwi Aryo Prihadi - Selasa, 19 Oktober 2021 | 17:29 WIB
Tim Piala Thomas Malaysia yang disiapkan menghadapi Indonesia dalam perempat final di Aarhus, Denmark, kalah 0-3.
TWITTER.COM/BA_MALAYSIA
Tim Piala Thomas Malaysia yang disiapkan menghadapi Indonesia dalam perempat final di Aarhus, Denmark, kalah 0-3.

SUPERBALL.ID - Beberapa legenda bulu tangkis Malaysia tampaknya sudah mulai geram dengan pembinaan pemain muda yang tak kunjung menuai hasil.

Langkah Malaysia di ajang bergengsi Piala Thomas 2020 harus kandas di tangan Indonesia pada babak perempat final.

Bermain di Ceres Arena Court 2, Aarhus, Denmark, Jumat (15/10/2021) malam WIB, Indonesia menang 3-0 atas Malaysia.

Kemenangan Indonesia dibuka oleh Anthony Ginting yang mengalahkan Lee Zii Jia di partai pertama.

 

Baca Juga: Bos Bulu Tangkis Malaysia Marah dan Tuntut Pemainnya Tiru Jonatan Christie

Pebulu tangkis yang berada di peringkat kelima dunia itu mengalahkan Zii Jia dua gim langsung, 21-15, 21-17.

Kemenangan itu membuat Ginting sukses membalas kekalahan yang ia terima dari Zii Jia di Piala Sudirman 2021.

Di partai kedua, Indonesia menurunkan pasangan Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Marcus Fernaldi Gideon di sektor ganda putra.

Menghadapi Aaron Chia dan Soh Wooi Yik, Marcus/Kevin berhasil mengikuti jejak Ginting dan membalas kekalahan di Piala Sudirman.

Pasangan peringkat satu dunia itu sukses memenangkan duel sengit lewat rubber game, 21-17, 16-21, dan 21-15.

Baca Juga: Menpora Minta Maaf dan Langsung Bentuk Tim Khusus Terkait Hilangnya Merah Putih di Thomas Cup

Indonesia akhirnya memastikan kemenangan 3-0 setelah Jonatan Christie menuntaskan perlawanan Ng Tze Yong.

Pebulu tangkis peringkat tujuh dunia itu menang melalui tiga gim, 14-21, 21-19, dan 21-16 dalam waktu 75 menit.

Pada akhirnya, Indonesia berhasil tampil sebagai juara di akhir turnamen setelah mengalahkan Denmark di semifinal dan China di final.

Sementara itu, harapan Malaysia untuk kembali menjuarai Piala Thomas, yang terakhir kali diraih pada 1992, harus pupus.

Saat itu, Malaysia tampil perkasa di depan publik sendiri di Kuala Lumpur dengan mengalahkan Indonesia 3-2 di final.

Baca Juga: Merah Putih Tidak Boleh Berkibar di Piala Thomas, Taufik Hidayat Kecewa Berat

Setelah merengkuh trofi 29 tahun silam, Malaysia telah mencapai final empat kali pada 1994, 1998, 2002 dan 2014, tetapi selalu kalah.

Tersingkirnya Malaysia di babak perempat final Piala Thomas 2020 tampaknya membuat sejumlah legenda bulu tangkis negara tersebut geram.

Beberapa legenda bulu tangkis Negeri Jiran menyoroti pembinaan pemain muda yang tak kunjung membuahkan hasil.

Peraih tiga medali perak Piala Thomas, Ong Ewe Hock, bahkan mengaku sudah tidak tahu harus berkata apa untuk perkembangan bulu tangkis negaranya.

"Saya tidak tahu harus berkata apa lagi. Saya telah mengomentari ini selama 10 tahun terakhir, tetapi sepertinya tidak ada yang berubah."

Baca Juga: Hendra Setiawan Jadi Perhatian Malaysia Usai Indonesia Rebut Piala Thomas

“Setiap kali kami gagal menang, kami berbicara tentang evaluasi, dan kemudian apa yang terjadi? Tidak ada yang berubah."

"Kami (mantan pemain) berbicara tentang pemuda, tentang darah segar, tetapi mengapa manajemen tidak bertanggung jawab atas kegagalan kami untuk mendapatkan gelar yang sulit dipahami ini?"

"Bagi saya, ini sederhana. Tetapkan target Anda dan cobalah untuk mencapainya. Jika gagal, lakukan evaluasi dan temukan solusi dalam waktu yang ditentukan."

"Jika gagal lagi, (pengurus) harus mengundurkan diri dan memberi jalan bagi orang lain," kata Ong Ewe Hock dikutip SuperBall.id dari New Straits Times.

Sementara itu, legenda lainnya, Datuk James Selvaraj, mengaku evaluasi menyeluruh perlu dilakukan jika Malaysia ingin menjadi kekuatan bulu tangkis lagi.

Baca Juga: Indonesia Bawa Pulang Piala Thomas Tanpa Boleh Kibarkan Merah Putih

“Kami tidak bisa terus mengatakan kami memiliki tim muda, karena negara lain juga mengekspos pemain muda mereka."

“Kami juga tidak bisa mengatakan bahwa kami lelah bermain terlalu banyak pertandingan, karena pemain lain juga bermain sebanyak itu, bahkan lebih."

Ia pun menegaskan bahwa para pelatih termasuk dua pelatih asal Indonesia, Hendrawan dan Flandy Limpele, harus bertanggung jawab.

“Ini bermuara pada program pelatihan," lanjut Datuk James Selvaraj.

"Ya, para pemain muda kami tampil bagus di Piala Thomas, tetapi apakah pelatih kami memperhatikan bagaimana kelemahan mereka diekspos oleh pemain lain?"

Baca Juga: Final Thomas Cup - Ngeri-ngeri Sedap Ganda Dadakan Indonesia Kontra China

“Kami perlu menghabiskan lebih banyak waktu dan bekerja lebih keras untuk memperbaiki kelemahan ini, tetapi pada saat yang sama terus meningkatkan kekuatan kami lebih tinggi lagi."

Ia menambahkan, "Event beregu juga sangat berbeda dari kejuaraan individu."

"Apakah para pemain kami memiliki kekuatan mental untuk bertahan ketika mereka tidak lagi berjuang untuk rekan satu tim mereka?"

“Ujian sebenarnya dimulai sekarang, ketika mereka mulai bermain di turnamen back-to-back hingga akhir tahun."

"Bisakah mereka bertahan atau kehabisan tenaga? Di sinilah peran pelatih sangat krusial," tambahnya.

Di atas kertas, Malaysia memiliki skuad termuda dibandingkan empat semifinalis Piala Thomas (Indonesia, China, Jepang, dan Denmark), dengan rata-rata usia 23 tahun.

Baca Juga: Kejutan Tim Piala Thomas Indonesia Lawan China di Final, Marcus Menghilang

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh BolaSport.com (@bolasportcom)


Editor : Ragil Darmawan
Sumber : Nst.com.my

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X