Vietnam kalah dalam 6 pertandingan terakhirnya menghadapi lawan di luar Asia Tenggara.
Kesamaannya adalah dalam setiap pertandingan, tim besutan Philippe Troussier menerima minimal 1 gol dari bola-bola atas.
Pada laga melawan China, Korea, dan Jepang, tim Vietnam semuanya kebobolan gol pertama dari duel udara.
Ini tentu statistik yang perlu diperhatikan oleh pasukan Troussier mengingat tim Vietnam memiliki rata-rata tinggi badan terendah di turnamen.
Di skuad asuhan Troussier, Thanh Binh dan Viet Anh adalah pemain langka yang ahli dalam duel udara.
Hal ini merupakan tantangan besar bagi pertahanan yang sedang dibangun oleh Troussier.
"Pada laga melawan Jepang, pertahanan Vietnam tidak terlalu banyak mendapat tekanan dari udara karena lawan jarang melakukan umpan silang, namun Indonesia akan sangat berbeda," tulis dalam artikel Thanhnien.vn.
"Saat menghadapi Irak, Indonesia hanya melakukan passing ball sebanyak 9 kali (berhasil 3 kali), sangat sedikit dibandingkan Irak yang 24 kali."
"Namun, itu adalah pertandingan di mana Indonesia menganjurkan serangan balik defensif."
"Anak asuh Shin Tae-yong tidak banyak melakukan umpan silang karena Irak sangat kuat dalam bola-bola tinggi, namun tim Vietnam cukup menjadi masalah dalam hal ini."
"Oleh karena itu, besar kemungkinan Indonesia akan terus mengoper bola ke pemain-pemain tinggi seperti Elkan Baggot (1,96 m), Ivar Jenner (1,88 m), Justin Hubner (1,87 m) atau Rafael Struick (1,87 m)."
Masalah Komunikasi
Selain meningkatkan kemampuan bersaing dalam duel, Vietnam perlu berkomunikasi lebih baik dalam bertahan.
"Ini merupakan masalah yang sulit bagi kiper Nguyen Filip karena ia baru menjalani latihan bersama rekan satu timnya selama 2 minggu dan pengetahuan bahasa Vietnamnya kurang baik."
"Namun, persiapan 4 hari sudah cukup bagi tim Vietnam untuk melihat masalahnya dan menyusun rencana untuk melawan Indonesia."
Editor | : | Ragil Darmawan |
Sumber | : | thanhnien.vn |
Komentar