SUPERBALL.ID - Sukses Timnas U-23 Indonesia ke semifinal Piala Asia U-23 2024 masih menjadi topik hangat di Malaysia.
Ketika Malaysia terus-menerus menyalahkan diri sendiri, Indonesia sedang memburu peluang besar untuk lolos ke Olimpiade Paris 2024.
Garuda Muda hanya membutuhkan satu kemenangan lagi setelah mengejutkan kawasan Asia dengan menyingkirkan Korea Selatan di perempat final untuk tampil kedua kalinya di Olimpiade itu.
Indonesia pertama kali hadir di Olimpiade 1956 di Australia, jauh sebelum format U-23 diberlakukan mulai 1992.
Tim Merah-Putih kala itu disingkirkan Uni Soviet setelah melalui dua laga di perempat final.
Baca Juga: Hadapi Timnas U-23 Indonesia di Semifinal, Uzbekistan Waspadai Mental Baja Garuda Muda
Kalaupun Indonesia gagal ke final Piala Asia U-23 2024, masih ada kesempatan melalui perebutan peringkat ketiga.
Jika masih gagal lagi, ada kesempatan terakhir, yakni menjalani play-off melawan Guinea.
Jadi, Garuda Muda memiliki tiga jalan untuk meraih tiket Olimpiade Paris 2024.
Sebelum memulai Piala Asia U-23 2024, PSSI menargetkan lolos ke perempat final.
Target itu dianggap sudah lebih dari cukup karena Timnas U-23 Indonesia merupakan debutan di turnamen tersebut.
Namun, pelatih Shin Tae-yong memiliki target pribadi, yakni lolos ke semifinal.
Sedangkan Malaysia memasuki turnamen ini dengan target mencapai semifinal.
Baginya, turnamen di Qatar ini menjadi yang ketiga kalinya dengan prestasi terbaik sebagai perempat finalis tahun 2018.
Dengan racikan spesial Shin Tae-yong, Timnas U-23 Indonesia ternyata berhasil melewati banyak rintangan dan mematahkan penilaian miring banyak orang.
Sukses itu membuat Malaysia sangat iri, apalagi mereka gagal total di fase grup tanpa meraih satu kemenangan pun.
Para profesional berpengalaman di negeri itu melihat ada yang salah dalam manajemen sepak bola Malaysia.
Mereka percaya, jika Malaysia mau bangkit di pentas kontinental Asia, maka harus mengambil langkah yang menjadi pedoman Indonesia.
Mantan striker Timnas Malaysia Safee Sali menilai para pemain Indonesia memiliki penampilan yang baik di level atas berkat liga mereka.
Safee cukup terkenal di Indonesia karena pernah memperkuat Pelita Jaya selama 2011-2013.
"Ketika saya bermain di Indonesia, mereka punya banyak pemain berbakat. Jumlah klub profesionalnya juga banyak."
"Di liga, mereka punya banyak tim di divisi teratas (Liga 1), tepatnya 18 tim, lalu ada divisi lain yang punya 20-28 tim," kata Safee.
Mantan kapten timnas yang menjuarai Piala AFF 2010 itu melanjutkan, "Apa yang kita punya di Malaysia? Dari 14 tim, kini hanya punya 13 tim di Liga Super Malaysia."
"Itu hanya menghambat anak-anak kita untuk memainkan banyak pertandingan tingkat atas. Pesepak bola membutuhkan menit bermain untuk membangun pengalaman dan juga mengeksplorasi permainannya."
Dari kondisi itulah, pria yang kini berusia 40 tahun tersebut meminta pengurus sepak bola negerinya untuk segera menambah klub di liga seperti Indonesia.
"Kami membutuhkan lebih banyak klub, liga kami harus lebih kompetitif, termasuk divisi lainnya, kami membutuhkan lebih banyak tim," tandasnya.
Sementara itu, mantan gelandang Harimau Muda Kenny Pallraj menilai Indonesia sudah tepat dalam memilih pemain, khususnya keturunan campuran.
Kebanyakan dari mereka bermain di kompetisi level atas di Eropa.
Menurutnya, beberapa pemain keturunan campuran yang tampil mengesankan adalah Ivar Jenner, yang bermain untuk klub Belanda Utrecht, Rafael Struick dari ADO Den Haag, dan Nathan Tjoe-A-On dari Heerenveen.
Baca Juga: Pembuktian Ernando Ari kepada Quan Van Chuan, Kisah Seru dari Thailand ke Qatar
"Indonesia memastikan memilih pemain dengan kualitas bagus untuk memperkuat skuad," kata Kenny, yang kini bermain bersama Kuala Lumpur di Liga Super Malaysia.
Pemain berusia 31 tahun itu menambahkan, perkembangan akar rumput Indonesia juga bagus.
Indonesia, katanya, mengalami kehancuran besar di masa lalu ketika tim nasional mereka tidak tampil baik.
"Mereka menyadari masalahnya, bekerja di akar rumput dan memastikan mendatangkan banyak pemain muda ke timnas. Sebagian besar pemain U-23 mereka mempunyai banyak caps nasional,” jelasnya.
Sedangkan Malaysia, imbuhnya, memiliki pemain berkualitas, tapi perlu lebih sering bermain.
Kenny meminta pengelola kompetisi negerinya, Malaysian Football League, membuat aturan setiap klub wajib memainkan minimal dua hingga tiga pemain U-23 dalam starting line-up.
Dengan begitu, mereka akan mendapat kesempatan bertanding dengan intensitas lebih tinggi, sehingga memiliki banyak pengalaman.
"Kami kebobolan banyak gol di turnamen ini (Piala Asia U-23 2024) karena berasal dari kesalahan konyol. Hal-hal seperti itu tidak akan terjadi jika para pemain memiliki lebih banyak pengalaman," kritiknya.
Editor | : | Taufik Batubara |
Sumber | : | Thestar.com.my, SuperBall.id |
Komentar