SUPERBALL.ID - Banyak klub di Liga Arab Saudi yang mengalami kesulitan finansial karena tidak mendapat dukungan dana dari pihak kerajaan.
Liga Arab Saudi menjadi destinasi potensial bagi banyak bintang Eropa dalam dua tahun terakhir.
Diawali dengan bergabungnya Cristiano Ronaldo ke Al Nassr, sederet bintang Eropa kemudian mengikuti jejak CR7.
Langkah klub-klub Arab Saudi mendatangkan pemain bintang dunia tidak terlepas dari peran kerajaan Arab Saudi.
Baca Juga: Bursa Transfer - Tiga Alasan Fans Klub Liga Arab Saudi Tolak Perekrutan Bomber Tottenham Hotspur
Dana Investasi Publik (PIF) yang berada di bawah kendali Putra Mahkota Mohammed bin Salman tahun lalu mengambil alih saham mayoritas dari empat klub besar di liga domestik.
Keempat klub tersebut adalah Al Nassr, Al Hilal, Al Ittihad dan Al Ahli.
Dengan kepemilikan PIF, keempat klub itu mempunyai dana besar untuk mendatangkan pemain-pemain berlabel bintang.
Hampir seluruh sumber daya insan sepak bola Arab Saudi dicurahkan ke empat klub tersebut.
Sayangnya, tidak semua klub di Liga Arab Saudi kaya.
Menurut AS, banyak klub yang mengalami kesulitan keuangan pada bursa transfer musim panas tahun ini.
Selain empat tim di atas, Liga Arab Saudi hanya memiliki Al Qadisiyah (milik National Petroleum Group) yang mampu bersaing di bursa transfer.
Ketimpangan dalam cara kerajaan Arab Saudi berinvestasi pada klub sepak bola membuat banyak pelatih dan pakar dari luar negeri kecewa.
Ini juga merupakan kenyataan yang harus dialami Al Shabab dan banyak klub Liga Arab Saudi lainnya.
Pelatih Al Shabab Vitor Pereira baru-baru ini memperingatkan tentang kesenjangan antara klub kaya dan miskin di Liga Arab Saudi.
Baca Juga: Didukung Cristiano Ronaldo, Arab Saudi Ungkap Konsep Stadion Futuristik untuk Piala Dunia 2034
“Kenyataannya sebagian besar tim, kecuali tim kuat, tidak mampu bersaing di bursa transfer,” ungkap Pereira usai laga pekan pembuka Liga Arab Saudi 2024/2025 saat Al Shabab kalah 0-1 melawan Al Ettifaq tim yang dipimpin oleh Steven Gerrard pada Minggu (25/8/2024).
"Saya lihat di bangku cadangan, hanya ada tiga pemain matang. Ada lima pemain lainnya yang baru berusia 19 tahun dan belum siap."
"Sayangnya, itulah kenyataannya. Tim tidak bisa bersaing jika tidak merekrut pemain," kata Pereira dengan getir.
Al Shabab dulunya adalah salah satu tim kuat di Liga Arab Saudi.
Namun, mereka menurun drastis karena terbatasnya investasi dalam beberapa tahun terakhir.
Bahkan Al Ettifaq tidak lagi berinvestasi besar-besaran di bursa transfer seperti tahun lalu.
Pereira menilai jika Arab Saudi tidak memiliki liga yang kompetitif, hal itu tidak akan membantu perkembangan sepak bola secara keseluruhan.
“Saya datang ke Al Shabab dan kembali ke Arab Saudi dengan ide dan harapan untuk melihat liga yang kuat dan kompetitif di mana semua tim memiliki peluang, tapi yang jelas sekarang tidak seperti itu," kata mantan pelatih Shanghai SIPG itu.
Menurut El Pais, banyak tim yang bermain di Liga Arab Saudi bahkan mengalami kesulitan keuangan dan tidak mampu membayar gaji banyak bintang asing.
Jika situasi ini terus berlanjut, sepak bola Arab Saudi diperkirakan tidak akan mampu melangkah jauh.
Editor | : | Dwi Aryo Prihadi |
Sumber | : | El Pais, AS.com |
Komentar