SUPERBALL.ID - Pelatih legendaris asal Swedia, Sven-Goran Eriksson, meninggal dunia di usia 76 tahun pada Senin (26/8/2024).
Mantan pelatih Timnas Inggris, Meksiko, Pantai Gading, dan Filipina itu meninggal dunia usai menderita kanker pankreas.
Agen sang pelatih Bo Gustavsson membenarkan informasi bahwa Eriksson meninggal dunia di rumahnya di Swedia pada Senin pagi.
“Pada Jumat, 23 Agustus, saya masih bertemu Eriksson tapi dia belum mau bicara,” kata Gustavsson.
“Saat itu saya tahu itu akan terjadi dengan cepat, tapi saya masih tidak menyangka dia akan pergi secepat itu,” tambahnya.
Pada Januari 2024, Eriksson mengumumkan bahwa ia sedang berjuang melawan kanker stadium akhir dan hidupnya hanya tinggal satu tahun lagi.
Menurut media Swedia SVT, Eriksson menderita kanker pankreas yang diketahui ketika ia pingsan saat berlari sejauh 5 km.
Adapun tim terakhir yang dipimpinnya sebagai pelatih adalah Timnas Filipina pada periode 2018-2019.
Selama periode tersebut, Eriksson sempat menghadapi Timnas Indonesia yang saat itu masih dilatih oleh Bima Sakti.
Pertemuan kedua tim terjadi dalam laga terakhir babak penyisihan Grup B Piala AFF 2018.
Hasilnya, Eriksson berhasil membawa Filipina menahan imbang Skuad Garuda di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Indonesia saat itu tersingkir di fase grup setelah hanya menempati posisi keempat dari lima tim di Grup B.
Kendati demikian, Eriksson saat itu sempat mengatakan bahwa Timnas Indonesia memiliki masa depan cerah.
Menurut Eriksson, ketersediaan pemain-pemain berbakat menjadi setitik cahaya di tengah masa yang kelam saat itu.
"Melihat permainan Indonesia tadi, saya rasa Timnas Indonesia akan memiliki masa depan yang cerah," ujar Eriksson, dikutip SuperBall.id dari laman resmi PSSI.
"Saya tidak tahu pastinya mereka menggunakan pemain usia berapa."
"Tapi saya rasa hampir semuanya pemain muda. Dengan begitu saya bisa simpulkan seperti tadi,” katanya menambahkan.
Sementara itu, Bima Sakti juga sempat memberikan komentarnya usai bertemu dengan Eriksson.
"Tadi saya bertemu sama coach Eriksson, dia bilang good future buat sepak bola Indonesia."
"Karena itu ke depan seluruh stakeholder jangan saling menyalahkan."
"Ayo kita sama-sama membangun cari solusi terbaik untuk timnas kita, bukan saling menyalahkan tapi cari hal terbaik yang dapat membangun timnas kita ke depannya," ucap Bima.
Eriksson memulai karier kepelatihannya yang berlangsung selama 42 tahun di usia 29 tahun pada 1977.
Ia memenangi Piala UEFA 1982 bersama Goteborg, Coppa Italia 1986 bersama Roma, Coppa Italia 1994 bersama Sampdoria, runner-up Liga Champions 1990 bersama Benfica, hingga Liga Italia bersama Lazio pada 2000.
Ia juga menjadi pelatih asing pertama yang memimpin Timnas Inggris pada 2001-2006, dengan generasi emas seperti David Beckham, Frank Lampard, Steven Gerrard hingga John Terry.
Di ketiga turnamen besar bersama The Three Lions, ia memimpin tim ke babak perempat final.
Pada Maret 2024, Eriksson memimpin tim Legenda Liverpool dalam pertandingan penghormatan dan menang 4-2 melawan tim Legenda Ajax.
Liverpool telah menjadi klub favoritnya sejak kecil dan mimpinya untuk memimpin The Reds pun menjadi kenyataan.
Usai pertandingan, para pemain dari kedua tim berbaris untuk memberikan tepuk tangan kepada Eriksson.
“Terima kasih Liverpool karena memberi saya kesempatan ini,” kata Eriksson sembari tersenyum.
Editor | : | Dwi Aryo Prihadi |
Sumber | : | PSSI.org, svt.se |
Komentar