Ia mengatakan bahwa dirinya merasa gugup ketika mencoba mengemudikan mesin pemotong rumputnya lurus ke bawah lapangan karena banyaknya mata yang mengawasinya.
"Kami memotong rumput maju mundur, saya harus berhenti sejenak untuk memberikan potongan rumput kepada para penggemar,” ucap John.
Atap Silverdome membuat para peneliti harus menemukan cara untuk menanam rumput yang dapat tetap sehat tanpa cahaya alami.
Trey Rogers, seorang profesor manajemen rumput di MSU, mengatakan mereka mengembangkan sistem penanaman rumput di atas lapisan plastik.
“Tanah itu akan tumbuh di dalam kotak ini, lalu kami akan memindahkannya ke dalam, tetapi akarnya sudah kuat."
“Yang harus dilakukannya hanyalah bertahan hidup selama periode waktu itu, dalam permainan-permainan itu," katanya.
Baca Juga: Jumpa Bahrain, Timnas Indonesia Berpotensi Lampaui Rekor Vietnam di Kualifikasi Piala Dunia
Sang profesor mengatakan pengalaman itu membuatnya bertanya-tanya apa lagi yang bisa dilakukan.
"Saya sudah memikirkan hal ini selama 30 tahun, tetapi kami tidak punya siapa pun yang punya dana untuk mendorongnya,” katanya.
Kini, dengan bantuan dana dari FIFA, ada pekerjaan yang sedang dilakukan untuk memastikan rumputnya tepat untuk 48 tim yang bermain di Piala Dunia 2026.
Editor | : | Ragil Darmawan |
Sumber | : | Nepm.org |
Komentar