SUPERBALL.ID - Pemilik klub Johor Darul Ta'zim (JDT), Tunku Ismail Ibrahim, mengungkap faktor utama Timnas Malaysia masih jalan di tempat.
Sepak bola Malaysia tengah berada dalam situasi mengkhawatirkan menyusul sejumlah kegagalan di level internasional.
Timnas U-20 Malaysia gagal lolos ke Piala Asia U-20 2025 setelah finis keempat di Grup E babak kualifikasi.
Kegagalan Timnas U-20 Malaysia kemudian diikuti oleh juniornya di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025.
Timnas U-17 Malaysia juga gagal melaju ke putaran final usai finis kedua di klasemen akhir Grup H.
Kegagalan Timnas U-17 Malaysia sekaligus melengkapi catatan buruk sepak bola Negeri Jiran sepanjang 2024.
Pada Januari 2024, Timnas Malaysia gagal lolos dari babak penyisihan grup Piala Asia 2023.
Tiga bulan kemudian Timnas U-23 Malaysia juga gugur di babak penyisihan grup Piala Asia U-23 2024.
Tak ayal, kegagalan demi kegagalan tersebut mendapat perhatian dari tokoh sepak bola Malaysia.
Salah satunya adalah Tunku Ismail Ibrahim selaku pemilik klub Johor Darul Ta'zim (JDT), klub yang dibelaa Jordi Amat.
Tunku Ismail kemudian mengungkap faktor utama yang membuat Malaysia belum juga mengalami kemajuan.
Menurutnya, hal itu terjadi karena menempatkan seseorang yang tidak ahli di Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM).
Pemangku Sultan Johor ini menyebut beberapa asosiasi kurang pandai dalam memilih orang yang tepat untuk menduduki posisi penting di FAM.
Ia kemudian membandingkan dengan Ketua PSSI Erick Thohir, yang dinilai piawai menata langkah dalam membangun kesuksesan Timnas Indonesia.
Baca Juga: Usai Tinggalkan Malaysia, Kim Pan-gon Bawa Klubnya Jadi Juara Liga Korea Selatan
“Tetapi yang memilih adalah mereka yang berafiliasi," kata Tunku Ismail, dikutip SuperBall.id dari Hmetro.com.my.
"Itu masalah sepak bola Malaysia. Orang-orang di industri sepak bola tidak bekerja."
"Tidak ada visi, komitmen, pengetahuan, dan minat."
"Misalnya Erick Thohir punya uang, pengetahuan, hubungan internasional, dan minat."
"Itu tentang sepak bola Indonesia yang berubah dalam proyek infrastruktur sepak bola, liga, dan tim nasionalnya," tambahnya.
Tunku Ismail juga mengaku tidak paham bahwa ada tim yang dianggap tidak pandai mengeluarkan uang.
Alhasil, tim tersebut mengalami masalah keuangan kronis hingga menyalahkan orang lain atas kegagalannya sendiri.
“Sampai saat ini saya masih belum paham bagaimana ada oknum pengurus tim yang belanjanya melebihi anggaran."
"Lalu gaji pemainnya tidak dibayarkan, menyalahkan induk, liga, sepak bola nasional secara keseluruhan."
"Padahal kalian yang salah urus dan belanja melebihi anggaran."
"Misalnya mengeluh gaji pemain terlalu tinggi, kamu bayar untuk apa? Negosiasi. Itupun perlu diajarkan," ujarnya.
Editor | : | Dwi Aryo Prihadi |
Sumber | : | hmetro.com.my |
Komentar