Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

SOP Ini Perlu Diketahui Tim Medis saat Pemain Kritis di Lapangan

By Ferril Dennys Sitorus - Senin, 16 Oktober 2017 | 17:06 WIB
Kiper Persela, Choirul Huda, beraksi pada sebuah laga Liga Indonesia, 20 September 2010. (HERKA YANIS PANGARIBOWO/BOLASPORT.COM)

Dunia sepak bola nasional sedang berduka atas meninggalnya Choirul Huda saat mengawal gawang Persela Lamongan pada pertandingan Liga 1 kontra Semen Padang, Minggu (15/10/2017) sore.

Huda meninggal karena berbenturan dengan rekan setimnya, Ramon Rodrigues, saat mengaman gawangnya dari ancaman Marcel Sacramento, pada menit ke-44.

Tim medis langsung melarikan sang penjaga gawang ke rumah sakit dengan ambulans.

Sebelum dilarikan ke rumah sakit, sosok berusia 38 tahun itu sempat mendapatkan pertolongan dengan alat bantu oksigen.

(Baca Juga: Semasa Hidup, Choirul Huda Dikenal sebagai Sosok yang Senang Bersedekah)

Fisioterapis PS TNI, Matias Ibo, angkat bicara soal kasus ini.

Pria yang pernah menjadi fisioterapis timnas tersebut pun membebeberkan tindakan pertama yang perlu dilakukan apabila menghadapi kasus serupa.

Berikut uraian Matias Ibo kepada SuperBall.id dan BolaSport.com:

Dari tindakan assesment pertama saat kiper bertabrakan apa yang harus dilakukan.

Saya lihat dari video saja. Jadi pengamatannya dari situ.

Kalau terjadi benturan di kepala, ini bukan benturan yang luar biasa sampai mengakibatkan sesuatu yang fatal.

Ini benturan yang sering terjadi seperti benturan antara lutut dan kepala dan kiper jatuh ke tanah, tindakan pertama yang dilakukanb adalah assesment (penilaian).

(Baca Juga: Istri Choirul Huda Akui Suaminya Sangat Bersemangat Jalani Laga Kontra Semen Padang)

Saat pemain itu jatuh, tim medis sendiri harus punya penilaian dan SOP.

SOP itu berupa begini. Apabila terjadi tabrakan di kepala, apakah pemain itu masih sadar?

Kedua apakah ada luka di kapala? Kalau ada luka, itu berasal dari mana. Darah di kepala itu banyak banget meskipun lukanya sangat kecil.

SOP itu berupa begini. Apabila terjadi tabrakan di kepala, apakah pemain itu masih sadar?

Kedua apakah ada luka di kapala? Kalau ada luka, itu berasal dari mana. Darah di kepala itu banyak banget meskipun lukanya sangat kecil.

Jadi tidak boleh panik. Harus tahu sumbernya.

(Baca Juga: Cocok Jadi Panutan, Ini Arti Nama Choirul Huda dalam Bahasa Arab)

Ketiga, melihat apakah ada tulang leher dan kepala yang patah atau retak. Itu harus diketahui.

Berikutnya, kalau melihat gejala-gejala tabrakan seperti tadi, yang pertama dilakukan adalah memastikan lidahnya tertelan atau tidak.

Ini bisa diketahui dari cara dia minta udara atau cara dia bergerak. Itu pertama yang harus dilakukan.

Kalau terjadi benturan keras di kepala, itu seperti momen beberapa detik seperti keram di kaki. Semuanya mengeras.

Kalau itu mengeras, otomatis sarafnya akan mati rasa sesaaat. Di situ, lidah tertelan dan kehabisan udara. Itu disebut hipoksia.

Bila terjadi hal tersebut, tindakan pertama yang dilakukan adalah miringkan tubuh korban. Kita dari belakang korban harus bisa mengeluarkan lidahnya.

Jadi tidak boleh langsung ditanduk dan dibawa. Kalau kita lihat dari videonya, dia langsung koma. Karena dia langsung terbalik setelah posisi menghadap ke atas dan terlentang.

Lidahnya jatuh dan menutupi sumber pernapasan.

Jadi yang pertama dilakukan adalah seperti yang saya sampaikan sebelumnya. Sesorang yang harus masuk ke lapangan mau tim medis dan fisio harus menguasai SOP ini.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P