Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
SUPERBALL.ID - Bintang bulu tangkis Denmark Viktor Axelsen langsung bereaksi keras terhadap Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) setelah Indonesia mengusulkan perubahan sistem skor.
Sebagaimana diketahui, Indonesia lewat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) bersama Federasi Bulu Tangkis Maladewa resmi mengajukan proposal perubahan sistem skor ke BWF.
Sistem skor reli saat ini, 3x21, ternyata belum memuaskan Indonesia dan Maladewa.
Kedua federasi itu ingin mengubah format pertandingan dari 3x21 menjadi 5x11.
BWF sudah mengonfirmasi proposal Indonesia dan Maladewa itu dan akan dibahas dalam agenda NWF Annual General Meeting (AGM) ke-82 tanggal 22 Mei 2021.
Baca Juga: Indonesia Batalkan Gelaran Indonesia Masters Super 100
Dengan sistem skor bulu tangkis 5x11, skema pertandingan tak berubah, tetap menggunakan format rally point.
Jika proposal itu disetujui, maka sistem ini akan mulai diterapkan setelah Olimpiade 2021 di Tokyo.
Sistem skor ini sebetulnya sudah terlebih dahulu digulirkan BWF saat AGM 2018.
Namun, kala itu melalui voting mayoritas peserta rapat (federasi) menolak perubahan tersebut, termasuk Indonesia.
Penolakan terjadi karena BWF memaksakan penerapannya secepat mungkin.
Hanya ada 3 atau 4 uji coba di turnamen kecil, lalu langsung diterapkan.
Baca Juga: Trik Hendrawan dari Indonesia Uji Mental Lee Zii Jia hingga Juarai All England 2021
Padahal saat itu kualifikasi Olimpiade 2020 akan dimulai.
Bila langsung menggunakan sistem skor baru, para pemain tak punya banyak waktu untuk beradaptasi.
Apalagi saat itu BWF juga mengajukan usulan tak boleh ada pelatih yang mendampingi pemain saat bertanding.
Pemain Sangat Lemah
Pengumuman BWF tentang proposal Indonesia dan Maladewa soal perubahan sistem skor, yang akan diputuskan melalui voting, itu langsung memantik kemarahan Viktor Axelsen.
Axelsen mengaku sangat tidak senang dan gusar terhadap cara pengambilan keputusan itu.
Baca Juga: Real Madrid Menang di El Clasico dan Rebut Puncak, Pelatih Barca Protes Keras Wasit
Mantan juara dunia berusia 27 tahun tersebut mengecam sekaligus membongkar borok BWF dengan mengatakan bahwa para pemain tak memiliki suara yang kuat dalam hal perubahan kelembagaan di level tertinggi.
Pemain dipaksa menerima apa pun keputusan voting BWF dan federasi bulu tangkis.
Melalui media sosial, pebulu tangkis peringkat dua dunia itu mengatakan: "Kami terlalu lemah sebagai pemain dalam olahraga ini."
"Asosiasi pemain kami harus lebih kuat dan kami harus berdiri bersama (dengan seluruh federasi)."
"Kami menuntut harus memiliki suara dalam hal pengambilan keputusan seperti masalah skor ini dan banyak lainnya," tegas Axelsen.
Baca Juga: Jadwal Perempat Final Piala Menpora 2021 - Persib dan Persebaya Saling Sikat
Pemain yang bersimpati kepada tim Indonesia saat diusir dari All England 2021 itu menambahkan, "Saat ini semuanya harus melalui federasi (negara). Keputusan besar tentang sistem skor ini juga tak memungkinkan kami sebagai pemain untuk memilih."
Persoalkan Uang Hadiah
Axelsen juga mempermasalahkan borok lain BWF tentang penanganan atas kemenangan pemain di ajang internasional.
“Bahkan uang hadiah kami pun harus lebih dulu ditransfer ke federasi sebelum akhirnya diberikan kepada para atlet. Itu tidak benar!
"Federasi memiliki kekuatan yang terlalu besar atas para atlet dan itu salah!" teriak Axelsen.
Axelsen yakin, semua pemain pasti sangat berterima kasih atas semua hal yang dilakukan federasi kepada mereka.
"Namun, inilah saatnya untuk melangkah sebagai olahraga dan menemukan cara untuk bekerja sama. Kita semua. Hanya dengan ini akan menjadi lebih baik," saran Axelsen.
Baca Juga: Hasil Piala Menpora 2021 - Djanur Soroti Penyebab Barito Disingkirkan Persija
Ini bukan pertama kalinya Axelsen bersuara keras dan tegas di media sosial.
Pada Januari lalu, dia menyuarakan ketidakpuasannya atas prosedur operasi standar (SOP) ketat yang diterapkan di Asian Leg of the World Tour di Thailand.
Sementara itu, pada awal pekan ini juara All England 2021 Lee Zii Jia mengatakan siap beradaptasi dengan sistem skor baru jika disetujui oleh BWF dan mayoritas federasi dalam rapat umum tahunan bulan depan.
Zii Jia, yang mengalahkan Axelsen di final All England bulan lalu, menyebut para pemain pada akhirnya akan terbiasa dengan sistem skor yang baru.
5x7
- Diterapkan sejak Januari 2002.
- Memakai aturan pindah kok/bola.
- Pemain dihitung dapat poin jika sedang servis.
- Tak ada perbedaan di sektor putra dan putri.
- Pemain yang lebih dulu menang 3 set menjadi juara.
- Hanya bertahan 8 bulan karena berlangsung lama.
15 dan 11
- Mulai September 2002, BWF kembali ke sistem klasik dengan modifikasi, 15 dan 11 poin.
- Untuk tunggal putra dan semua ganda, setiap set terdiri atas 15 poin.
- Jika terjadi deuce pada skor 14-14, pemain yang lebih dulu mencapai 14 berhak menentukan apakah akan deuce 3 atau tidak.
- Jika memilih deuce 3, set akan berakhir pada poin 17.
- Jika tak memilih deuce, pemenangnya dari yang lebih dulu mencapai 15.
- Di tunggal putri, setiap set terdiri atas 11 poin.
- Deuce diatur saat poin sama 10-10.
- Pemain yang lebih dulu meraih 10 boleh memilih deuce 2 (hingga poin 13) atau tetap berakhir di poin 11.
3x12
- Tahun 2006 BWF kembali mengubah sistem skor menjadi 3x12.
- Sistem berlaku untuk semua sektor, tanpa ada perbedaan.
- Tak ada pindah bola, karena menerapkan reli poin.
- Pemain langsung meraih poin jika sang lawan melakukan kesalahan.
- Pemain akan menang jika sudah meraih dua gim.
- Jika skor 1-1, maka pertandingan berlanjut dengan rubber game.