Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
SUPERBALL.ID - Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) akan menggelar pemilihan umum untuk posisi presiden, wakil presiden, dan jabatan lainnya pada tahun depan.
Presiden FAM Datuk Hamidin Mohd Amin menegaskan dirinya selalu terbuka jika ada tokoh yang ingin bersaing memperebutkan kursi pada pemilu mendatang.
"Siapa pun dapat mengikuti kontes, tidak ada masalah," kata Hamidin, dikutip SuperBall.id dari Bharian.com.my.
Namun, besar kemungkinan tidak akan ada yang berani bersaing untuk posisi presiden dan wakil presiden FAM.
Baca Juga: Bos Federasi Malaysia Geram Dibanding-bandingkan dengan Timnas Indonesia
Begitulah pandangan pengamat sepak bola asal Malaysia, Datuk Dr Pekan Ramli.
Namun, Pekan berharap dua jabatan tertinggi di FAM itu memiliki penantang baru pada pemilu mendatang.
Menurutnya, ini perlu dilakukan demi membentuk 'angin perubahan' terhadap sistem dan ekosistem di organisasi.
Pekan menegaskan afiliasi tidak boleh hanya menjadi penurut dan perlu berpandangan jauh ke depan.
Mereka diminta berperan penting dengan memikirkan kelangsungan sepak bola Malaysia agar bisa berkembang lebih baik.
“Saya perkirakan ada kemungkinan tidak ada persaingan untuk kedua posisi tersebut karena kita tahu peran afiliasi di FAM tidak terlalu menonjol."
"Bahkan di FAM pun jarang terjadi persaingan untuk posisi presiden dan wakil presiden."
"Oleh karena itu saya berharap kali ini ada tantangan untuk merebut posisi presiden dan wakil presiden karena posisi tersebut sangat penting di FAM."
“Saya tidak peduli kalau ada yang bilang peringkat sepak bola kita naik sedikit tapi belum ada keberhasilan signifikan dari kepemimpinan saat ini sejak tahun 2012."
"Mungkin ada yang berpendapat bahwa reshuffle di FAM tidak menjanjikan perubahan apa pun bagi sepak bola kita," kata Pekan.
Baca Juga: Respons Ketua PSSI-nya Malaysia Usai Diminta Mundur Buntut Kegagalan di Piala Asia U-23 2024
Pekan juga menggambarkan situasi perebutan posisi tertinggi tanpa berkompetisi merupakan sebuah perkembangan yang tidak sehat.
Apalagi melibatkan asosiasi olahraga besar seperti FAM.
“Ini bukan partai politik, kemenangan tanpa ada kontestan mencerminkan keharmonisan sebuah partai dan rasa hormat terhadap pimpinan tertinggi partai."
"Ini adalah asosiasi olahraga nasional, jadi persaingannya sehat."
“Tidak adanya perebutan kursi tertinggi di FAM lebih banyak menimbulkan persepsi negatif."
"Bisa jadi ada kompromi atau kronisme, janji manis, tawaran posisi tertentu atau berbagai kemungkinan lainnya."
“Kalau ini terus terjadi (menang tanpa berkompetisi), maka mereka akan merasa kebal karena tidak ada yang berani menantang mereka."
"Berikutnya, berimplikasi pada asosiasi yang dikelola sesuai kemauan mereka sendiri,” ujarnya.
FAM memang tengah menghadapi gejolak menyusul rentetan hasil buruk tim nasional Malaysia di berbagai kompetisi.
Teranyar, Timnas U-23 Malaysia harus pulang tanpa poin dari Piala Asia U-23 2024 usai menelan tiga kekalahan.