Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
SUPERBALL.ID - Wasit play-off Olimpiade Paris 2024 antara Timnas U-23 Indonesia dan Guinea ternyata sudah biasa menerima ancaman pembunuhan akibat cara kerjanya yang merugikan.
Francois Letexier ditunjuk menjadi wasit laga di Lapangan INF Clairefontaine, Clairefontaine-en-Yvelines, Prancis, Kamis (9/5/2024) sore waktu setempat atau malam WIB, itu.
FIFA memutuskan pertandingan untuk memperebutkan tiket terakhir ke Olimpiade Paris 2024 itu digelar secara tertutup, tapi ternyata tetap banyak penontonnya.
Sekitar 500 orang hadir di tribun penonton, termasuk Presiden FIFA Gianni Infantino, didampingi Ketua Umum PSSI Erick Thohir dan Presiden Federasi Sepak Bola Guinea Bouba Sampil.
Mantan pelatih Timnas Vietnam Philippe Troussier pun ikut menonton langsung di sana.
Baca Juga: Hasil Play-off Olimpiade - Shin Tae-yong Kartu Merah, Timnas U-23 Indonesia Kalah dari Guinea
Sesuai kemauan FIFA, nama wasit dan timnya baru diumumkan paling cepat dua jam sebelum kick-off.
Penunjukan Francois Letexier sebagai wasit utama sebetulnya agak mengagetkan.
Pasalnya, dia berasal dari Prancis, yang sudah menjadi "negara kedua" bagi hampir seluruh pemain Guinea.
Oleh karena itu, tak heran ketika kepemimpinannya condong merugikan Timnas U-23 Indonesia.
Wasit berusia 35 tahun kelahiran Bedee, Prancis, itu menghukum Garuda Muda tendangan penalti karena menganggap Witan Sulaeman menjatuhkan lawan di kotak penalti.
Keputusan wasit itu menyulut protes Shin Tae-yong, tapi dijawab dengan kartu kuning.
Ilaix Moriba berhasil mengeksekusi hadiah penalti tersebut pada menit ke-29.
Pada menit ke-73, Letexier kembali menghadiahkan penalti kepada Guinea karena menilai Alfeandra Dewangga menjatuhkan lawan di kotak penalti.
Padahal, dalam tayangan ulang sangat jelas terlihat bahwa bek Timnas U-23 Indonesia itu menendang bola.
Situasi itu makin menyulut emosi Shin Tae-yong dan berteriak keras untuk memprotes keputusan wasit.
Baca Juga: Media Vietnam Ungkap Keputusan Janggal FIFA untuk Laga Timnas U-23 Indonesia Vs Guinea
Pelatih asal Korea Selatan itu menuntut Letexier fair dan mengecek ulang apa sesungguhnya yang terjadi, misalnya melalui video assistant referee (VAR).
Namun, VAR ternyata tak ada dan Shin Tae-yong kembali dihukum kartu kuning kedua, yang langsung menjadi kartu merah.
Shin sempat tak mau meninggalkan area pinggir lapangan karena benar-benar tak menduga peristiwa seperti itu terjadi, sehingga pertandingan berhenti beberapa menit.
Wasit lalu memaksanya meninggalkan lapangan dan Shin naik ke bagian belakang tribun penonton untuk tetap bisa menyaksikan pertandingan.
Eksekusi penalti kedua dari Guinea ternyata gagal.
Para pemain Garuda Muda langsung bersemangat untuk segera mengejar ketertinggalan, tapi akhirnya duel itu ditutup dengan kemenangan Guinea 1-0.
Siapa Francois Letexier?
Dia sudah menjadi wasit FIFA sejak 2017 dan dinilai sebagai wasit berkategori elite UEFA.
Letexier memulai karier di Ligue 2 Prancis pada 2015.
Pada 23 Januari 2016, dia naik kelas ke Ligue 1 saat memimpin laga Montpellier versus Caen.
Dia memimpin laga internasional senior pertamanya pada 23 Maret 2018 antara Bulgaria dan Bosnia-Herzegovia.
Pada 20 Agustus 2022, Letexier menjadi kontroversial saat memimpin laga Ligue 2 antara Saint-Etienne dan Le Havre.
Dia mengeluarkan empat kartu merah, tiga di antaranya kepada pemain Saint-Etienne dan satu terhadap staf klub itu.
Baca Juga: Suka Ngomel saat Bermain, Shin Tae-yong Puji Peran Nathan Tjoe-A-On di Timnas Indonesia
Hanya berselang sekitar sebulan, dia kembali menjadi sosok kontroversial saat memimpin Ligue 1 antara Nice dan Nantes.
Pada menit ke-19, dia tak menghadiahi penalti ke Nantes ketika bola menyentuh kedua lengan Mattia Viti.
Mendekati akhir laga, dia malah menghadiahi penalti kontroversial ke Nice ketika bola menyentuh lengan Jean-Charles Castelletto.
Letexier menghukum pemain Nantes Kader Bamba kartu merah, termasuk kiper Alban Lafont akibat kartu kuning kedua.
Beberapa hari kemudian, Letexier menerima ancaman pembunuhan melalui media sosial.
Dalam wawancara dengan media olahraga ternama Prancis, L'Equipe, dia mempertahankan keputusannya.
"Seorang wasit sudah biasa dinilai berdasarkan keputusan teknisnya," ucapnya.
Menurutnya, semua keputusan di lapangan mempunyai konsekuensi kolektif karena mencerminkan seluruh wasit yang bertugas.
"Namun, ada juga konsekuensi individual, banyak ancaman yang diderita selama menjalankan profesi saya sebagai juru sita," ungkapnya.
Sebagai juru sita, yang terbiasa berhadapan dengan kerasnya kehidupan, Letexier sering mendapat berbagai ancaman hingga pembunuhan.