Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
SUPERBALL.ID - Kampanye Euro 2024 Timnas Inggris dimulai dengan buruk meski meraih empat poin dari dua pertandingan pembuka mereka.
Kemenangan 1-0 yang mengecewakan atas Serbia diikuti dengan penampilan buruk saat bermain imbang 1-1 dengan Denmark.
Pasukan Gareth Southgate masih hampir pasti lolos ke fase gugur.
Mereka bahkan bisa menjuarai Grup C jika menang atas Slovenia pada Rabu (26/6/2024) dini hari WIB.
Namun, Southgate memiliki beberapa tantangan yang harus dihadapi jika The Three Lions ingin memenuhi harapan menjadi juara Eropa untuk pertama kalinya.
Baca Juga: EURO 2024 - Begini Nasib Bocah yang Nekat Selfie dengan Cristiano Ronaldo
Kebugaran
Banyak pertanyaan terkait mengapa Inggris bertahan setelah unggul lebih dulu di kedua pertandingan pembuka mereka
Terkait hal ini, Southgate mengakui para pemainnya tidak berada pada level fisik yang diperlukan untuk menekan selama 90 menit.
“Kami tidak menekan dengan cukup baik, dengan intensitas yang cukup,” kata pelatih Timnas Inggris itu.
“Kami mempunyai keterbatasan dalam bagaimana kami dapat melakukan itu dengan kondisi fisik,” tambahnya.
Musim yang melelahkan bagi sejumlah bintang Inggris bukanlah sebuah alasan karena tim-tim seperti Jerman, Spanyol dan Portugal juga mengalami hal serupa.
Krisis Bek Kiri
Pertaruhan Southgate untuk membawa Luke Shaw sebagai satu-satunya bek kiri murni dalam skuad beranggotakan 26 pemain sudah terlihat salah dinilai.
Shaw belum bermain satu menit pun untuk klub atau negaranya sejak Februari dan masih belum cukup fit untuk mengikuti pelatihan tim di Jerman.
Southgate sekarang harus memutuskan apakah ia dapat mengambil risiko menurunkannya kembali ke laga kompetitif di fase gugur jika pemain berusia 28 tahun itu mengembalikan kebugarannya tepat waktu.
Kieran Tripper telah menggantikan posisi bek kiri dengan cakap, tetapi kecenderungannya untuk masuk ke dalam diperburuk oleh Phil Foden yang juga ingin masuk ke tengah lapangan dari posisi sayap kiri.
Puzzle Lini Tengah
Jude Bellingham dan Declan Rice tetap penting bagi harapan Inggris meski gagal tampil mengesankan melawan Denmark, namun siapa yang bermain bersama mereka di lini tengah masih menjadi perdebatan.
Eksperimen Southgate yang memasukkan bek kanan Liverpool Trent Alexander-Arnold ke lini tengah sejauh ini gagal membuahkan hasil.
Alexander-Arnold telah digantikan oleh Conor Gallagher dari Chelsea di dua pertandingan pembuka.
Southgate mendapat kecaman karena mengatakan Inggris tidak memiliki penerus alami untuk Kalvin Phillips, yang kesulitan di level klub sejak memainkan peran utama di Euro 2020.
Pemain muda Kobbie Mainoo dan Adam Wharton adalah pilihan lain tetapi keduanya belum pernah memulai kompetisi internasional sebelumnya.
Baca Juga: EURO 2024 - Calon Lawan Potensial Italia jika Lolos 16 Besar Usai Hasil Grup A Diketahui
Tekanan Besar
Jarang sekali Inggris memulai turnamen besar dengan ekspektasi lebih besar.
Kuartet Foden, Bellingham, Bukayo Saka dan Harry Kane patut membuat iri Eropa setelah mereka digabungkan untuk mencetak 114 gol di klub pada musim 2023/24.
Namun, Rice mengakui bahwa The Three Lions memberikan begitu banyak tekanan pada diri mereka sendiri untuk mewujudkan hal tersebut sehingga berdampak negatif.
“Kami semua sangat ingin membuat negara bangga,” kata gelandang Arsenal itu.
“Kami semua sangat ingin menang, menjadi pemimpin, tampil di lapangan, dan memberikan kenangan seumur hidup kepada orang-orang.”
Southgate mendesak para pemainnya untuk berjalan menuju ekspektasi daripada takut dengan tantangan.
Namun, kini waktunya telah tiba bagi Inggris untuk berbicara di lapangan.
Harry Kane Telat Panas
Kane menjadi sasaran kritik paling keras meski mencetak gol internasionalnya yang ke-64 melawan Denmark.
Kapten Inggris itu digantikan dengan waktu tersisa lebih dari 20 menit di Frankfurt.
Ia bahkan menghadapi ancaman untuk dikeluarkan dari starter jika penampilannya tidak membaik melawan Slovenia.
Namun, Kane pernah berada di sini sebelumnya dan merupakan sumber gol Inggris yang paling dapat diandalkan.
Ia gagal mencetak gol di fase grup di Euro dan Piala Dunia terakhir, sebelum mencetak enam gol dalam enam pertandingan fase gugur di turnamen tersebut.
“Saya tahu ketika turnamen sepak bola besar berlangsung, performanya akan selalu meningkat, performanya akan diawasi dengan cermat,” kata Kane.
“Jika saya jujur pada diri saya sendiri, apakah saya sudah bermain sebaik mungkin? Tidak."
"Tapi saya tidak mencetak gol di babak penyisihan grup di Piala Dunia, saya tidak mencetak gol di babak penyisihan grup di Euro."
"Jadi dari sudut pandang saya, unggul satu gol adalah sebuah bonus," lanjut bomber Bayern Muenchen itu.