Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Soal Kegagalan Italia di Euro 2024, Pelatih Legendaris AC Milan Sebut Luciano Spalletti Jadi Korban

By Dwi Aryo Prihadi - Senin, 8 Juli 2024 | 17:06 WIB
Incar kemenangan di Kualifikasi Euro 2024, timnas Italia diminta Luciano Spalletti tak boleh arogan saat melawan Malta, musuh yang berposisi lebih rendah dari timnas Indonesia pada daftar FIFA. (TWITTER.COM/AZZURRI)

SUPERBALL.ID - Pelatih legendaris AC Milan, Arrigo Sacchi membela Luciano Spalletti terkait kegagalan Timnas Italia di Euro 2024.

Spalletti mendapat kecaman setelah Italia tersingkir dari babak 16 besar Euro 2024 melawan Swiss.

Mantan penyerang Fabrizio Ravanelli dan Alessandro Altobelli mengkritik keras mantan arsitek Napoli tersebut.

Ravanelli merasa bahwa kesalahan terbesar Spalletti di Euro 2024 adalah menggunakan empat pemain bertahan.

Baca Juga: EURO 2024 - Lebih dari 350 Ribu Fans Der Panzer Marah, Buat Petisi dan Tuntut UEFA Ulangi Laga Spanyol Vs Jerman

“Salah satu kesalahan terbesar adalah tim Italia ini tidak bisa bermain dengan empat pemain bertahan,” ungkapnya.

Sementara Altobelli memperingatkan bahwa proyek Spalletti sebagai pelatih Gli Azzurri sudah berakhir.

"Dia dan Gravina mengatakan mereka ingin melanjutkan proyek tersebut, tetapi proyek ini sudah berakhir."

"Pelatih dipuji ketika tim menang, tetapi ketika kalah, ia harus menerima kritik,” pungkas Altobelli.

Akan tetapi, Sacchi memiliki pandangan berbeda tentang kegagalan Italia di Euro 2024.

Mantan pelatih AC Milan itu menilai Spalletti hanya menjadi korban karena tidak memiliki cukup waktu membangun tim.

Alih-alih menyalahkan Spalletti, Sacchi mengkritik Liga Italia yang menghadirkan banyak pemain asing.

"Spalletti adalah korban, dan dia punya keberanian untuk turun tangan," kata Sacchi, dikutip SuperBall.id dari Football-italia.net.

“Dia pelatih yang hebat, tetapi sayangnya, Italia tidak pernah memiliki gaya bermain yang jelas."

Baca Juga: Bola Berwarna Perak untuk Semifinal dan Final Euro 2024 Resmi Diluncurkan

"Belanda, Inggris, Brasil, Argentina dan Uruguay yang punya gaya, kami tidak pernah punya gaya permainan."

"Kami selalu mencoba mengelabui lawan. Spalletti tidak punya cukup waktu," tambahnya.

“Terlalu banyak pemain asing,” lanjut Sacchi.

“Ketika banyak pemain asing bergabung ke Liga Italia di masa lalu, tim nasional langsung mengalami penurunan."

"Mengapa kami hanya meraih sedikit kemenangan di Eropa?"

"Kami hanya menang pada saat-saat ketika kami semakin dekat dengan apa yang terjadi di sepak bola," ucapnya.

Kekalahan dari Swiss membuat Italia melanjutkan kutukan juara bertahan tersingkir di babak 16 besar.

Sejak babak 16 besar mulai diperkenalkan di Euro pada 2016, tim juara bertahan selalu kandas di fase tersebut.

Spanyol tersingkir di 16 besar Euro 2016 setelah tampil sebagai juara empat tahun sebelumnya.

Empat tahun kemudian, Portugal juga kandas di 16 besar setelah memenangi Euro 2016.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P