Januar mengaku mendapatkan tawaran uang sebesar Rp 100-150 juta dari anggota Exco PSSI kala itu, Hidayat, agar Madura FC mengalah dari tuan rumah PSS di babak penyisihan grup wilayah Timur Liga 2 di Stadion Maguwoharjo, Sleman, pada 2 Mei 2018.
Pada babak 8 besar, kontroversi kembali berlanjut kala tim berjulukan Elang Jawa itu unggul tipis 1-0 atas Madura FC di Stadion Maguwoharjo, Sleman.
Beberapa kejadian di laga tersebut dianggap janggal mulai dari adanya pergantian wasit di tengah jalannya pertandingan dan gol bunuh diri Chairul Rifan yang salah mengantisipasi crossing pemain PSS, Ilham Irhaz.
Selain itu, gol tersebut juga menuai protes lantaran Ilham Irhaz berada dalam posisi offside saat menerima umpan sebelum melepas crossing yang berbuah gol bunuh diri.
Buntut kontroversi pada laga tersebut, Komite Wasit PSSI menonaktifkan empat wasit yang memimpin pertandingan itu.
"Kaitannya dengan penyisihan dan 8 besar, ya kami memang tidak pernah komunikasi dengan Hidayat itu, tidak pernah."
"Saya sampaikan, itu kan bisa dilacak lewat Forensik IT. Kami tidak terlibat," ucap Sismantoro.
Lebih lanjut, dalam pertemuan tersebut, Komdis PSSI juga menyinggung soal peran Danilo Fernando di PSS musim lalu.
Mantan pemain Persik Kediri itu merupakan menantu dari Vigit Waluyo, di mana Vigit sering disebut-sebut sebagai dalang match fixing.
Sismantoro menjelaskan kepada Komdis PSSI, bahwa Danilo memiliki peran sebagai pemantau bakat, atau talent scouting yang diproyeksikan untuk tim U-17 dan U-19.
Editor | : | Aidina Fitra |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar