Mantan Direktur Keuangan PT Persib Bandung Bermartabat itu cukup memahami bagaimana proses pemakaian VAR di kompetisi sepak bola dunia, termasuk Eropa.
Risha Adi Wijaya mengaku sempat berdiskusi dengan penyedia jasa VAR yang berasal dari Eropa dan mendapatkan lisensi FIFA.
"Jadi ini butuh waktu satu tahun untuk proses menggunakan VAR, karena proses itu harus terbiasa dengan teknologi tersebut."
"Kedua kamera juga harus disesuaikan, tidak hanya mementingkan sisi komersial, tetapi ini memang tidak mudah," ucap Risha Adi Wijaya.
Risha Adi Wijaya juga mengungkapkan bahwa penyedia jasa VAR berlisensi FIFA itu sempat memberikan proposal satu tahun kepada PT LIB untuk proses pembiasaan dan pengajaran.
Dalam proposal itu, tertulis setiap pertandingan harus memiliki minimal delapan kamera untuk menggunakan VAR.
Saat ini, PT LIB sudah memiliki delapan kamera di setiap pertandingan.
Meski begitu, ada kesulitan yang akan dirasakan PT LIB bila harus menerapkan VAR di kompetisi sepak bola Indonesia.
"Kalau dari LIB kemampuan kami sudah ada delapan kamera, dari sana kami sudah siap, tapi mohon maaf, untuk daerah yang jauh itu kan sulit."
"Ada satu tempat yang di mana kami tidak bisa mengangkat peralatan itu untuk siaran televisi karena keterbatasan dari sisi transportasi," ungkap Risha Adi Wijaya.
Beberapa negara Asia Tenggara (ASEAN) sudah siap memakai VAR.
Liga Thailand atau Thai League 1 dan Liga Vietnam atau V.League akan memakai VAR untuk musim 2019.
Pada tahun 2020, Liga Super Malaysia juga akan memakai VAR.
Editor | : | Taufik Batubara |
Sumber | : | SuperBall.id |
Komentar