Robert Rene Alberts selaku pelatih Persib yang turut merasakan langsung teror tersebut menegaskan bahwa teror semacam itu adalah hal yang tidak semestinya ada.
"Seharusnya sepak bola bisa dinikmati oleh semuanya. Itu yang seharusnya dilakukan oleh suporter, bukan teror, bukan bikin tim lawan susah."
"Ini harus ganti, bagaimana rasanya jika akan main di pertandingan kalian dipaksa diam di (kendaraan )barakuda dengan alasan keselamatan," ujar Robert di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, Rabu (31/7/2019) seperti dikutip SuperBall.id dari Tribun Jabar.
"Itu bukan sepak bola, itu perang. Kami tidak akan perang, kami mau main bola."
Meski demikian, pelatih asal Belanda itu juga menyerukan agar jangan ada aksi balas dendam dari suporter Persib.
"Saya pikir orang-orang di Bandung, bobotoh harus mengerti apa yang terjadi dengan tim di Malang, tidak boleh balas dendam." lanjut Robert.
"Harus pastikan bahwa hal ini tidak akan terjadi di manapun lagi. Saya harap bobotoh dan pendukung real lain Persib bisa menyambut Arema FC ketika datang ke sini, tunjukkan bahwa kita tak perlu lakukan cara yang sama untuk menang," pungkasnya.
Sebagai tindak lanjut dari teror yang diterima, Persib juga melayangkan laporan kepada PT Liga Indonesia Baru selaku operator kompetisi.
Melalui PT Persib Bandung Bermartabat, Persib meminta adanya evaluasi dari laga tersebut.
Editor | : | Aulli Reza Atmam |
Sumber | : | jabar.tribunnews.com, SuperBall.id |
Komentar