Berdasarkan metode itu, jika posisi bulan sudah berada di atas ufuk (saat terbenam Matahari di seluruh Indonesia), maka seberapa pun tingginya, meski hanya 0,1 derajat, maka esoknya adalah hari pertama bulan baru.
Dalam maklumat Muhammadiyah itu dijelaskan, pada hari Jumat (1/4/2022) atau 29 Syakban 1443 H, ijtimak (saat berakhirnya bulan dengan munculnya bulan baru dalam penanggalan Hijriah) menjelang Ramadhan 1443 H terjadi pada pukul 13:27:13 WIB.
Baca Juga: Puasa Ramadhan Terlama dan Tercepat di Dunia, Ada yang 21 Jam Lebih
Sedangkan untuk tinggi Bulan pada saat Matahari terbenam di Yogyakarta hilal sudah wujud.
Selain itu, di seluruh wilayah Indonesia pada saat Matahari terbenam tersebut Bulan berada di atas ufuk.
Metode NU dan MUI
Sementara itu, Nahdlatul Ulama (NU) selama ini menggunakan metode rukyat dalam menghitung jatuhnya bulan baru.
NU hanya menerima laporan hilal jika tingginya 2 derajat atau lebih di atas ufuk.
Artinya, puasa Ramadhan baru bisa dimulai dengan persyaratan itu.
Sedangkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) coba mengombinasikan dua metode perhitungan yang digunakan oleh Muhammadiyah dan NU itu dengan menerapkan imkanur rukyat.
Editor | : | Dwi Aryo Prihadi |
Sumber | : | Kompas.com |
Komentar