SUPERBALL.ID - Timnas Indonesia masih belum memiliki satu pemain yang bisa menjadi mesin gol di era Shin Tae-yong. Apa penyebabnya?
Beberapa tahun lalu, ada sebuah era di mana Timnas Indonesia memiliki banyak bomber mematikan.
Mulai dari Kurniawan Dwi Yulianto, Ilham Jaya Kesuma, Boaz Solossa, Budi Sudarsono, Zaenal Arief, hingga Bambang Pamungkas.
Keenam pemain tersebut sukses mencetak dua digit gol sepanjang memperkuat Timnas Indonesia.
Baca Juga: Timnas Indonesia Siap Hajar Burundi, Yakob Sayuri Sudah Siapkan Amunisi
Sayangnya, bibit-bibit penyerang tajam di Tanah Air lambat laun mulai menghilang seiring perkembangan zaman.
Puncaknya, Timnas Indonesia saat ini tidak memiliki satu pun mesin gol di era Shin Tae-yong.
Menghadapi laga melawan Timnas Burundi di FIFA Matchday, Shin Tae-yong memanggil beberapa pemain dengan karakter menyerang.
Sayangnya, tidak ada satu pun pemain di Timnas Indonesia saat ini yang berhasil mencatatkan dua digit gol.
Pencetak gol terbanyak dari skuad Indonesia untuk laga kontra Burundi adalah Witan Sulaeman.
Akan tetapi, winger Persija Jakarta itu sejauh ini baru mencatatkan tujuh gol bersama skuad Garuda.
Di belakang Witan justru ditempati dua gelandang yaitu Ricky Kambuaya dengan 5 gol dan Marc Klok dengan empat gol.
Sementara para penyerang yang dipanggil maksimal hanya mencetak tiga gol bagi Timnas Indonesia.
Mereka adalah Dendy Sulistyawan, Dimas Drajad, dan Stefano Lilipaly.
Lantas, apa yang membuat Indonesia tampak kekurangan sosok mesin gol dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Timnas Indonesia Vs Burundi, Dua Kelebihan Les Hirondelles di Mata Jordi Amat
Terkait hal ini, pelatih Shin Tae-yong pun mengungkapkan penyebabnya.
Menurutnya, seorang penyerang tajam bisa dihasilkan melalui pembinaan usia dini.
Ia menilai para pemain harus meningkatkan kemampuan penyelesaian akhir dari usia dini.
Dengan begitu, diharapkan nantinya muncul para striker lokal yang mampu bersaing dengan pemain asing.
Namun yang banyak terjadi saat ini di level klub, para pemain lokal kesulitan bersaing dengan striker asing.
"Kemampuan finishing pemain menurun bukan karena pelatih," kata Shin Tae-yong dalam jumpa pers jelang lawan Burundi.
"Saya melihat masalah di pembinaan usia dini, dari usia dini memang harus belajar banyak dan meningkatkan kemampuan finishing."
"Di klub pun sama. Untuk posisi striker dan stopper itu biasanya menjadi masalah, sehingga banyak yang menggunakan pemain asing."
"Untuk meningkatkan kemampuan finishing para pemain timnas memang harus dari usia dini."
"Seharusnya di timnas tidak ada kata-kata finishing kurang," tambah pelatih asal Korea Selatan itu.
Baca Juga: Curhat Sedih Sandy Walsh ke Pemain Burundi, Ngomongin Apa Saja?
Lihat postingan ini di Instagram
Editor | : | Ragil Darmawan |
Sumber | : | Kompas.com |
Komentar