SUPERBALL.ID - Di balik superiornya klub Jordi Amat di Liga Super Malaysia, Johor Darul Ta'zim (JDT) terancam hukuman potong mata akibat ulah suporter.
Ancaman hukuman potong mata untuk JDT usai kelompok suporter mereka disebut terus melanggar aturan, salah satunya pembakaran flare di dalam stadion.
Aksi pembakaran flare itu merupakan pelanggaran terhadap kewajiban penyelenggaraan pertandingan dan bertentangan dengan pasal 70.1.
Dalam Kode Disiplin Persatuan Sepak Bola Malaysia (FAM) disebutkan bahwa suporter dilarang membawa barang-barang tertentu ke stadion.
Hal itu membuat Mohd Sadek Mustaffa selaku Dosen Senior Fakultas Ilmu Olahraga dan Rekreasi UiTM Shah Alam turut berkomentar.
Baca Juga: Persija Vs Persebaya, Ambisi Bek Timnas Indonesia Saat Jumpa Mantan Klubnya
Dilansir SuperBall.id dari Berita Harian, Sadek Mustaffa berharap FAM Malaysia menerapkan hukuman potong mata terhadap JDT.
Menurutnya, hukuman denda berupa uang saja tidak akan berhasil membuat suporter JDT jera, khususnya terhadap JDT.
Hukuman denda tidak akan berpengaruh pada klub dengan kondisi finansial yang membuat mereka nyaman, hingga diusulkan hukuman potong mata.
Hukuman potong mata bukan dalam arti sebenarnya, melainkan sebutan agar FAM Malaysia memangkas raihan poin JDT di kancah Liga Super Malaysia.
Baca Juga: Gagalkan Penalti Alex Morgan, Kiper Vietnam Jadi Sorotan di Piala Dunia Wanita 2023
"Hukuman potong mata, main di stadion kosong untuk memberi pelajaran suporter bandel," tulis BHarian.
JDT saat ini sangat nyaman di puncak klasemen sementara kompetisi, menorehkan 17 kemenangan dari 17 laga dan mengamankan 51 poin.
Ancaman hukuman pengurangan poin dinilai sebagai langkah efektif membuat suporter JDT jera dan tidak melakukan pelanggaran lagi.
"Harus memangkas poin karena ada tim yang merasa memiliki kemampuan finansial yang luar biasa," ucap Sadek Mustaffa.
Baca Juga: Kebanjiran, Stadion yang Jadi Momok Timnas Indonesia Batal Gelar Duel Tottenham Vs Leicester City
"Mungkin denda ratusan ribu ringgit hanya 0,01 persen dari kekayaan mereka."
"Jadi, sejauh mungkin pengenaan denda ini tidak berdampak besar bagi tim apalagi suporter."
"Kalau ada pengurangan poin dan bahkan mungkin denda karena bermain tanpa suporter."
"Suporter tidak akan mengulang kesalahan yang sama karena tim akan didenda, dan suporter juga akan dihukum," imbuhnya.
Baca Juga: Skenario Malaysia Tembus 120 Besar di Ranking FIFA dan Jauhi Timnas Indonesia
Kurang lebih 10 hari lalu, JDT didenda oleh FAM Malaysia dengan nominal 120 ribu RM (Ringgit Malaysia) karena aksi pembakaran flare di dalam stadion.
Dalam beberapa pertandingan terakhir setelah itu, suporter JDT masih belum kapok hingga melakukan hal yang sama di kandang mereka.
Ancaman pengurangan poin mungkin bisa membuat bergetar para suporter yang tentunya tak mau klub kesayangan mereka tersandung dalam meraih gelar.
Sementara itu, usulan hukuman potong mata atau pengurangan poin tersebut dinilai Tunku Ismail Sultan Ibrahim selaku pemilik JDT sebagai aksi tidak gentleman.
Baca Juga: Persebaya Tak Pernah Menang dalam 3 Laga Terakhir, Aji Santoso Langsung Diminta Menghadap Manajemen
Ia menyebut hal itu sebagai mentalitas pecundang, ketika ada pihak yang mengharapkan JDT tersandung dari tren positif 17 kemenangan beruntun.
"Kami telah didenda sekitar RM 100.000 dan mungkin akan ada lebih banyak hukuman," ucap Tunku Ismail.
"Jika Anda ingin bertarung dengan JDT, Anda tidak ingin mata kami dipotong karena suporter membakar suar."
"(Itu) bukan gentleman. Kalau mau kalahkan JDT, kalah di lapangan."
Baca Juga: Hasil Liga 1 - Persis Solo Telat Panas, Madura United Menangi Duel Sengit dengan Skor Tipis
"Jangan berharap poin JDT dikurangi karena menurut saya, itu adalah 'mentalitas pecundang' dan pola pikir."
"Manajemen tim lain harus fokus pada peningkatan skuad mereka daripada sibuk dengan JDT," imbuhnya.
Editor | : | Ragil Darmawan |
Sumber | : | Bharian.com.my |
Komentar