SUPERBALL.ID - Manchester United memberikan tanggapannya setelah dituding menyensor nyanyian "Glazers Out" dari para fans setelah pertandingan.
Dalam beberapa musim terakhir, protes dan tindakan pembangkangan dari fans Setan Merah yang menonton pertandingan semakin intens.
Nyanyian “we want Glazers out” kini menjadi hal yang lumrah setiap kali Setan Merah beraksi, baik di kandang maupun tandang.
Para penggemar tidak pernah goyah dalam tekad mereka untuk memaksa pemilik klub saat ini keluar demi era baru yang penuh perubahan.
Menurut The Athletic, Man United telah dituduh lebih dari satu kali di masa lalu karena mengecilkan volume nyanyian protes.
Dalam beberapa kasus, Man United bahkan dituduh menyensornya dari liputan pertandingan.
The 1958 berbicara kepada The Athletic bahwa Man United sengaja menyensor nyanyian fans dalam upaya untuk melindungi keluarga Glazer.
The 1958 merupakan sekelompok penggemar yang bertekad menjunjung tinggi nilai-nilai Man United, budaya dan tradisinya.
The 1958 menuduh hierarki klub mencuri sejarah, martabat, dan integritas mereka dengan cara mereka bertindak dan terus-menerus menipu basis penggemar.
Contohnya setelah kemenangan Man United atas Nottingham Forest pada pekan ketiga Liga Inggris, Sabtu (26/8/2023).
Setelah pertandingan, ketika protes duduk sedang berlangsung, banyak klip di media sosial menunjukkan Stretford End dengan suara penuh dan serempak.
Namun dalam video yang diposting Man United di akun TikTok resminya, Lisandro Martinez terlihat memberikan tepuk tangan kepada para penggemar yang juga menyanyikan nama Casemiro.
Rekaman kemudian dipotong ke pelatih Erik ten Hag meninggalkan lapangan sementara nama Casemiro masih dinyanyikan.
Hal ini sebenarnya tidak terjadi karena Ten Hag pergi sebelum kedua pemainnya dan setelah itu nyanyian nama Casemiro dimulai.
“Siapa pun yang berada di stadion setelah peluit akhir dibunyikan pasti melihat dan mendengar apa yang sebenarnya terjadi."
"Fans Man United langsung melakukan aksi protes dengan teriakan keras 'Glazers Out' saat tim meninggalkan lapangan.”
“Tim humas klub telah melapisi audio mereka sendiri ke dalam rekaman sehingga jutaan orang yang menonton di seluruh dunia berpikir segalanya berjalan baik di Man United."
"Itu hanyalah fasad,” kata seorang anggota The 1958.
The Athletic kemudian melaporkan bahwa tuduhan tersebut telah dibantah oleh pihak Man United.
Pihak klub menegaskan bahwa tidak ada kebijakan sensor kecuali nyanyian tersebut dianggap menyinggung.
Namun, pihak klub juga tidak menampik bahwa kadang nyanyian memang terdengar di tribun tetapi tidak di akun media sosial klub.
“Kami menghormati pendapat penggemar dan hak mereka untuk mengekspresikannya secara damai," kata seorang juru bicara klub.
"Kami tidak memiliki kebijakan untuk menyensor audio, selain menghapus bahasa yang menyinggung untuk melindungi penggemar yang lebih muda,” tambahnya.
Man United berdalih bahwa perbedaan suara di tribun dan media sosial biasanya terjadi karena posisi mikrofon.
“Jika terjadi perbedaan antara konten kami dan apa yang didengar di tribun, biasanya hal itu disebabkan oleh posisi mikrofon."
"Mikrofon yang diambil dari sekitar lapangan bisa terdengar berbeda dengan apa yang dirasakan oleh penggemar,” lanjut sang juru bicara.
Editor | : | Dwi Aryo Prihadi |
Sumber | : | Theathletic.com |
Komentar