Akibat perang tersebut, Palestina tidak bisa menggelar laga kandang melawan Australia di negara sendiri dan harus berpindah ke Kuwait.
Bendera Palestina yang berwarna merah, hitam, putih dan hijau tampak menghiasi tribun penonton selama pertandingan.
Banyak penggemar yang memutar-mutar syal keffiyeh khas Palestina saat mereka bernyanyi sepanjang pertandingan.
Yang lain mengangkat spanduk “Bebaskan Gaza” dan gambar kunci, yang melambangkan rumah-rumah warga Palestina yang hilang selama pembentukan Israel pada tahun 1948.
Wael Youssef Labbad, 40 tahun, warga Palestina dari Ashkelon mengatakan mereka datang untuk menyampaikan pesan.
“Kami tidak peduli dengan pertandingan itu. Kami datang untuk menyampaikan pesan,” kata Wael Youssef Labbad.
“Kami rakyat Palestina selalu hadir dengan keffiyeh dan bendera,” tambahnya.
Tidak semua penggemar yang hadir adalah warga Palestina, banyak yang berasal dari komunitas lain di negara Kuwait.
“Palestina ada di hati kami. Kami datang ke stadion, tua dan muda, untuk memberikan dukungan,” kata Anfal Al-Azmi, seorang wanita Kuwait berusia 45 tahun, kepada AFP.
Editor | : | Dwi Aryo Prihadi |
Sumber | : | AFP |
Komentar