"Saya masih ingat menghadiri konferensi olahraga di Australia beberapa tahun yang lalu di mana sepak bola Malaysia digunakan sebagai contoh yang tidak boleh ditiru."
"Situasinya tidak banyak membaik sejak saat itu," kata Sadek, dikutip SuperBall.id dari Nst.com.my.
Sadek mendesak Kementerian Pemuda dan Olahraga dan Kantor Komisaris Olahraga (SCO) untuk mempertimbangkan topik remunerasi bagi presiden asosiasi olahraga nasional.
Ia yakin bahwa pemberian imbalan yang terlalu besar, baik dalam bentuk gaji, tunjangan, atau tunjangan lainnya, dapat memicu budaya tidak sehat di dalam asosiasi.
“Tidak ada asosiasi atau lembaga swadaya masyarakat lain yang membayar presidennya sebesar itu,” kata Sadek.
“Saya percaya ini menjadi preseden dan menjadi peringatan bagi Kementerian Olahraga dan SCO untuk mempertimbangkan mengubah Undang-Undang (Pembangunan) Olahraga."
“Jika itu menguntungkan, tidak ada yang mau menjadi CEO. Lebih baik menjadi presiden sebuah asosiasi saja."
“Kalau dibiarkan terus, asosiasi lain juga akan menerapkan hal serupa."
“Presiden akan berusaha mempertahankan posisi mereka sampai mereka meninggal. Ini tidak sehat bagi olahraga Malaysia."
"Saya yakin tidak apa-apa bagi sekretaris jenderal asosiasi untuk menerima gaji karena mereka bertugas menjalankan asosiasi sehari-hari, namun posisi presiden lebih bersifat sukarela," tambahnya.
Editor | : | Dwi Aryo Prihadi |
Sumber | : | Nst.com.my |
Komentar