Oleh karena itu, mereka tidak akan panik jika VAR tidak bisa digunakan karena faktor yang tidak bisa dihindari seperti yang terjadi pada dua laga pembuka Liga Super Sabtu dan Minggu pekan lalu.
"FIFA sudah memberi kita cara untuk menangani krisis jika VAR tidak bisa digunakan. FIFA memberikan masukan agar semua pihak diberikan informasi jika VAR tidak bisa digunakan, misalnya jika lapangan kebanjiran dan garis untuk melakukan 'mapping' tidak bisa dilakukan VAR," kata Stuart.
"Sistem tidak bisa melihat garis putih, misalnya untuk mengatur garis offside dan dengan adanya lapangan yang terendam banjir, lampu sorot juga memberikan pandangan yang berbeda pada sistem. Mungkin sistem kadang tidak bisa berfungsi karena tersambar petir dan ada masih banyak kemungkinan lain yang bisa terjadi."
"Jadi FIFA sudah memberikan pedoman dan akan kami manfaatkan jika terjadi situasi seperti ini. Kami siap jika terjadi masalah di tengah pertandingan dan berbagai insiden yang terjadi memungkinkan VAR tidak digunakan dalam suatu pertandingan."
Pada saat yang sama, Stuart juga menggambarkan penggunaan sistem VAR bergerak menggunakan truk yang dikirim ke setiap tempat pertandingan sebagai tindakan terbaik untuk digunakan di negara tersebut tetapi langkah tersebut membuat mereka memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.
"Kami memiliki banyak jenis perawatan yang perlu dilakukan, misalnya perawatan truk, server, software dan berbagai hal terkait VAR," terusnya.
"Setiap truk kembali ke Kelana Jaya (kantor MFL), server akan dibersihkan dan ini semua merupakan standar operasional prosedur (SOP) internal yang menurut kami paling baik untuk menjaga standar pada tingkat tertentu."
"Pasti akan ada hal-hal yang terjadi di luar kendali kami tapi kami berharap tidak ada masalah yang muncul setelah kami lebih mahir menangani VAR untuk jangka panjang," jelasnya.
Editor | : | Ragil Darmawan |
Sumber | : | Bharian.com.my |
Komentar