Baca berita tanpa iklan. Gabung Bolasport.com+

Dua Alasan Matchday Pertama Fase Grup Euro 2024 Sajikan Banyak Gol Tendangan Jarak Jauh

By Dwi Aryo Prihadi - Rabu, 19 Juni 2024 | 19:22 WIB
Para pemain timnas Turki melakukan selebrasi atas gol Arda Guler pada matchday pertama Euro 2024 di Signal Iduna Park, Selasa (18/6/2024).
TWITTER.COM/OPTAJOSE
Para pemain timnas Turki melakukan selebrasi atas gol Arda Guler pada matchday pertama Euro 2024 di Signal Iduna Park, Selasa (18/6/2024).

SUPERBALL.ID - Hal yang tidak biasa terjadi di putaran final Euro 2024 ketika banyak laga yang menyajikan gol-gol tendangan jarak jauh.

Teranyar, bintang Timnas Turki Arda Guler mencetak gol tendangan jarak jauh ke gawang Georgia di Grup F.

Sehari sebelumnya, Cicolae Stanciu dari Rumania juga mencetak gol dengan tembakan jarak jauh ke gawang Ukraina di Grup E.

Di Euro 2016 delapan tahun lalu, jumlah gol yang berasal dari tembakan luar kotak penalti sebanyak 16.

Baca Juga: Euro 2024 Jadi Panggung Bintang Muda Pamer Skill, Mulai dari Jude Bellingham Hingga Bocah 16 Tahun Milik FC Barcelona

Jumlah tersebut bertambah menjadi 19 pada edisi berikutnya.

Namun, 11 gol tercipta dari tembakan jarak jauh di luar kotak penalti hanya dalam 12 laga pertama di Euro 2024.

Lantas mengapa Euro 2024 menghadirkan lebih banyak gol dengan tembakan jarak jauh?

Dilansir SuperBall.id dari Sky Sports, ada dua teori yang bisa menjelaskan pertanyaan di atas.

Dua alasan tersebut adalah masalah psikologis dan aspek taktis.

Saat mewakili tim nasional di Euro, kegembiraan adalah hal yang biasa terjadi pada para pemain.

Berbeda dengan kompetisi level klub, Euro atau Piala Dunia membutuhkan waktu hingga 4 tahun untuk dilangsungkan.

Jumlah maksimum pertandingan yang dapat diikuti oleh sebuah tim adalah 7.

Oleh karena itu, banyak pemain yang cenderung lebih mencoba peruntungannya dan ingin menjadi pahlawan nasional.

Alhasil, ketika ada kesempatan, pemain langsung mengambil keputusan tegas tanpa ragu-ragu.

Baca Juga: Euro 2024 - Wonderkid Real Madrid Ungkap Aksinya ke Gawang Georgia Ternyata Gol Hafalan

Dibandingkan dengan alasan psikologis, masalah taktis membuat segalanya menjadi lebih jelas.

Di level klub, pelatih bekerja setiap hari dengan para pemain dan mereka dilatih dalam segala aspek.

Seiring berjalannya waktu, hal ini menjadi sebuah pola, terutama ketika tim menyerang di sepertiga akhir lapangan.

Contoh paling masuk akal adalah sepak bola yang dimainkan Pep Guardiola di Man City.

Ahli strategi Spanyol itu menciptakan sistem standar dengan mengubah pemain terbaik dunia menjadi mesin yang telah diprogram sebelumnya.

Saat menyerang, para pemain di lapangan otomatis tahu ke mana rekannya bergerak meski tanpa melihat.

Di level tim nasional, jadwal berlatih bersama hanya berlangsung beberapa kali saja.

Dengan demikian, pelatih tidak punya banyak waktu untuk melatih para pemain dan menjadikan mereka "mesin otomatis".

Keterhubungan antar pemain di tim nasional juga kurang dibandingkan saat mereka yang berlatih lama bersama di klub.

Penelitian menunjukkan bahwa tim dapat mencetak antara 0,5 dan 1,5 lebih banyak gol per musim jika mereka meningkatkan frekuensi tembakan jarak jauh di beb


Editor : Dwi Aryo Prihadi
Sumber : SkySports.com

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X